🎼 ㅡ Sini, aku peluk!

105 32 1
                                    

Tough i can't understand your breath, it's alright i'll hold you

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tough i can't understand your breath, it's alright i'll hold you

🌻
Happy Reading
🌻

Pukul setengah lima pagi, handphone Edelweiss berdering nyaring tepat di samping telinganya. Terusik, ia mengangkat ielpon itu dengan mata terpejam.

"Halo?"

"Siapa suruh kunci pintu kamar hah?! Kalau kenapa-kenapa nanti nggak ada yang tau gimana?! Pintu balkon dikunci, pintu kamar dikunci dipanggil dari luar nggak nyahut! Cepet wudhu!"

Edelweiss menutup kedua telinganya. Memang sih, ia tidak pernah mengunci pintu kamarnya pada malam hari karena Lucas sering masuk ke dalam kamarnya jika sedang insomnia. Namun, tadi malam ia sengaja mengunci pintu kamarnya agar tidak ada yang masuk karena ia ingin menonton drama Korea. Ternyata dia ketiduran.

Ia segera mengambil air wudhu. Membawa mukenanya ke ruang keluarga. Ternyata semua warga rumahnya sudah menunggu.

"Jangan dibiasakan teriak-teriak pagi-pagi. Telinga adek bisa bermasalah nanti." Edelweiss berbicara dengan suara serak khas bangun tidurnya sambil memasang mukena. Yang melihatnya terkekeh pelan. Lain halnua dengan Lucas yang memasang tampang sebal setengah mati.

Mereka sholat subuh berjamaah diimami oleh Taeil tentu saja. Selesai sholat, mereka bersalam-salaman. Tak terkecuali Edelweiss. Dia menyalimi teman-teman kakaknya saja. Sementara Mark, Renjun, Jeno, Haechan, Jaemin, Chenle dan Jisung diajaknya untuk tos. Bodoh sekali.

"Kakak-kakak pada berangkat jam berapa?"

"Jam delapan, Dek," jawab Jaehyun.

"Berarti adek nggak bisa ngantar dong?"

"Iya lah. Biarpun kamu bisa ngantar, toh mereka balik nya juga pada mencar. Ada yang naik kereta, naik bus, naik pesawat. Mau emang bagi-bagi badan?" omel Lucas yang entah kenapa sejak tadi pagi menjadi menyebalkan di telinga Edelweiss.

"Pagi ini aku yang masak." Edelweiss membawa mukenanya ke dalam kamar lalu turun ke dapur membuat sarapan.

"Gue bantuin ya?"

Edelweiss sedikit tersentak saat tiba-tiba Haechan sudah berdiri di sampingnya.

"Boleh."

"Bikin apa?"

"Karena gue sendiri meragukan Skill gue dalam bidang memasak, gue bakal bikin nasi goreng aja."

"Ya udah sini gue yang potong sosis."

"Lo mau telor di ceplokin atau  orek-orek di nasinya?"

"Selama yang bikin itu lo, gue suka."

"Gue pegang pisau loh ya."

"Eitts becanda Princess."

Mereka berdua terkekeh dan kembali melanjutkan pekerjaan masing masing.

Pulau Jingga ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang