🎼 ㅡ Martabak dari Jeno

209 73 32
                                    

Goodbye

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Goodbye.
If i knew we were going to break up, i shouldn't have loved you so much

🌻
Happy Reading
🌻

"Orang tua lo kemana emangnya, Chan?" tanya Jaemin. Mereka sedang bermain PS di rumah Haechan.

"Bandung. Gue di sini sendiri semenjak pindah dari SMA yang dulu."

"Kenapa lo nggak ikut ke Bandung aja? Maksud gue, kalo gue pribadi, kagak bisa jauh dari orang tua gue. Bukan karena gue manja sih, cuman gue gampang banget kangen orang tua gue," jelas Jaemin. Padahal Haechan tidak bertanya.

"Alasan mereka pindah ke bandung 'kan karena mereka kecewa sama gue."

"Maksud lo?"

"Gue pindah sekolah karena kasus Bullying. Dulu gue nakal banget. Bolos tiap hari, nggak pernah ngerjain PR, nilai kosong trus, ulangan nggak tuntas. Itu semua udah bisa memenuhi poin pelanggaran gue 1 semester aja. Dan akhir dari gue di sekolah itu, saat gue sengaja dorong seorang siswa baru di kelas gue dari tangga, dan dia lumpuh."

Jaemin mengangguk dan bergidik ngeri. Membayangkan bagaimana Haechan mendorong seorang siswa baru dari atas tangga saja sudah membuatnya merinding, bagaimana jika langsung di depan matanya? Haechan juga tertawa miris mengingat dirinya yang bertingkah seperti iblis beberapa waktu yang lalu.

"Tapi sekarang gue nggak kan gitu lagi. Ada seseorang yang udah bikin gue berjanji sama diri gue sendiri untuk nggak jadi diri gue yang dulu."

"Namanya Stephina Edelweiss. Most Beauty di sekolah, yang udah bikin anak nakal di sekolah inshaf setelah deket sama dia. Right? Tau gue mah." Jaemin berdecak bangga sembari melempar kaleng Coca-Cola ke dalam bak sampah.

"Serius lo?"

"Iya lah. Salah satunya gue. Pokoknya Edelweiss berpengaruh banget Bro sama banyak orang. Dia itu keren. Beda pokoknya dari cewek yang lain. Maka dari itu, banyak cowok yang deketin dia. Sampai guru juga ada."

Haechan mengerjap saat menyimak penjelasan panjang Jaemin. Ia tersenyum lega karena perasannya tidak salah. Dia meyakini dirinya, bahwa dia mencintai Edelweiss dan tidak menaruh hatinya pada orang yang salah.

...🌱...

[ Haechan Danuar F. ]

|Lagi apa?

Rebahan dong|

|ooo
|btw
|gue pinjam bukpak sejarah ya
|nyatat materi

Siap|

|g'night hehe

Too|

|🌻🌻

"Adek! Mau martabak nggak?!" teriak Lucas

"Mau!" Edelweiss melompat dari tempat tidurnya. Berlari ke ruang tamu dan merebut jatah martabaknya lalu duduk didepan televisi.

"Heh! Jeno! Ngapain lo ke sini?"

"Dih. Gue udah bawain lo martabak! Harus ada alasan gue dateng ke sini?! Ngumpul sama temen-temen gue lah! Yakali bersihin cucian piring lo!"

"Santai dong!"

"Ini dibekep mulut dua duanya tetep berisik nggak kira-kira?" celetuk Lucas.

"Woi!" sinis Edelweiss dan Jeno. Membuat yang lain terkekeh.

"Udah ... semuanya istirahat. Adek tidur duluan. Mark juga tidur. Jeno, lu balik apa nginep?" tanya Taeyong.

"Nginep, Bang. Hehehe gue kan sang pengelana. Tiggal di manapun gue mau."

"Ya udah tidur duluan sama Mark."

Edelweiss, Mark, dan Jeno menuju kamar masing-masing.

"Selamat malam putri Angkasa." Mark mencubit pipi Edelweiss.

"Selamat malam pangeran Bumi." Edelweiss balas mencubit Mark.

"Selamat malam tembok putih," lirih Jeno menatap tembok kamar Edelweiss.

"Kasian si anying Jomblo bhahahah." Edelweiss dengan secepat kilat masuk ke dalam kamarnya lalu mengunci pintu.

"Durhaka lo, Del!" teriak Jeno kesal.






Jangan lupa Vote 🌱
See di next chapter




Publish : 20 Februari 2020
Revisi : 21 Juli 2020

Pulau Jingga ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang