Don't let go of the hand you're holding. Don't wake up from this dream.
🌻
Happy Reading
🌻Bugh! Bugh!
Pukulan itu mendarat pada wajah dan kepala Edelweiss. Kapten tim itu pelakunya.
"Apa apaan lu, bangsat!" Ryujin mendorong kapten tim itu keras.
"Dia dorong temen gue!" tuduhnya.
"Gue liat pakai mata kepala gue kalo temen lo jatoh sendiri depan Edelweiss, tolol!" geram Jihyo.
Penonton langsung ricuh saat melihat Edelweiss maju di antara mereka. Mendorong bahu kapten tim basket itu keras. Emosinya meledak.
"Lo nggak terima tim lo kalah kagak perlu main fisik sama gue di sini bangsat! Lapangan sekolah biar lebih banyak yang nonton!" teriak Edelweiss. Anggota OSIS langsung mengamankan lapangan. Edelweiss dibawa ke UKS untuk mengobati sudut bibirnya yang berdarah.
Pertandingan dihentikan. Seluruh tim basket itu kini diperintahkan berkumpul di ruang OSIS untuk diminta pertanggungjawaban.
"Apa-apaan sih lo semua?!" bentak Mark. Tidak ada yang berani menyela lelaki itu, bahkan Jeno sekalipun.
"Sekolah gue ngadain acara ini bukan ajang adu jatos! Yang namanya permainan pasti ada yang menang ada yang kalah! Benci banget lo semua sama Edelweiss, hah?! Ada salah apaan dia ke lo semua?! Biar gue yang nebus kesalahan dia! Nggak usah lo sentuh Edelweiss!" Mark menunjuk wajah kapten basket itu.
"Dia dorong temen gue!" jawab kapten tim Basket dari SMA Waisen itu.
"SEMUA ORANG LIAT TEMEN LO JATOH SENDIRI, BANGSAT! NGEBELA DIRI GIMANA JUGA KAGAK BAKAL ADA YANG PERCAYA SAMA LO!"
Setelah itu hening. Mark berusaha mengontrol emosinya yang terlanjur meledak. Ia menyesali dirinya yang lepas kendali. Bahkan salah satu meja di ruang osis itu sudah terpental dari tempatnya karena tendangan Mark.
Sementara di UKS, Edelweiss sedang diobati oleh Ryujin dan Jennie. Edelweiss tak habis pikir, apa yang orang-orang inginkan? Mengapa orang-orang berusaha menjatuhkannya?
"Mereka iri sama lo, Del. Mereka pengen ngeliat lo di cap yang nggak-nggak sama banyak orang." Jennie mengompres pelipis Edelweiss yang juga terkena tamparan keras.
"Huwaa hidup gue kenapa gini banget sih, Kak!" Edelweiss menangkup wajahnya.
"Eh Del, lo nangis?" tanya Ryujin.
"Nggak kok," jawab Edelweiss dengan cengengesan.
"Ya kali anak harimau nangis," celetuk Jennie.
"Apasih kak wlee."
Mereka bertiga terkekeh.
"Edelweiss? Kamu nggak apa-apa?" Lucas langsung masuk kedalam UKS dan menghampiri adiknya itu. Ryujin dan Jennie saling tatap dan berucap tanpa suara 'uwauuu'.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pulau Jingga ✔
Fanfiction''Dia Bumi, dan kamu Angkasa. Lalu aku apa? Hanya jurang pemisah antara kalian berdua." Tertulis saat sinar pagi berbangga. Cinta yang tulus oleh dua hati yang berbeda, menulis cerita Istimewa. Kisah gadis dengan berjuta cerita dalam hidupnya. Pers...