🎼 ㅡ Hallo dari Angkasa

53 15 0
                                    

Do you want to listen to it? A story that is befitting of a fairy tale

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Do you want to listen to it?
A story that is befitting of a fairy tale.

🌻
Happy Reading
🌻

Ding dong!

Bel rumah Edelweiss berbunyi. Edelweiss segera pamit dan menyalimi Ten karena Lucas masih belum pulang.

"Selamat sore, Cantik."

"Selamat sore mas gojek..."

"Ih untung sayang!" Edelweiss tergelak lalu mereka masuk ke dalam mobil.

"Kita nggak akan beli bunga, kan?" tanya Haechan. Edelweiss mengangguk. Satu-satunya alasan mereka tidak membeli bunga, karena Donghyuck tidak suka bunga. Sebagai gantinya, mereka membawa ornamen kecil berbentuk planet Saturnus dan Bumi. Saturnus adalah planet kesukaan Edelweiss, dan Bumi adalah kesukaan Donghyuck.

"Del."

"Hmm"

"Udah makan?"

"Udah."

"Udah mandi?"

"Udah."

"Udah istirahat?"

"Udah."

"Udah sayang sama aku?"

"Udah."

Haechan menoleh cepat. Menatap Edelweiss dengan kening mengerut.

"Itu nggak mau kamu ralat?"

"Nggak."

Haechan tersenyum senang mendengarnya. Mobil mereka sampai di depan area pemakaman. Ini bukan pemakaman yang sama dengan area pemakaman ayah dan bunda Edelweiss.

"Aku nggak pernah ke sini ...." kata Edelweiss. Mereka berdua lalu turun dari mobil. Haechan menggenggam tangan Edelweiss lalu berjalan masuk ke area makam.

Haechan berhenti di sebuah makam yang berada di pinggir. Di samping makam itu terdapat satu pohon kamboja yang terlihat kecil dan tidak berbunga.

Donghyuck Albiaran Fahrezi

Nama itu tidak pernah membuat Edelweiss bisa menahan air matanya. Dia selalu rapuh jika berurusan dengan orang yang disayanginya. Orang yang menjadi alasan dirinya selalu tersenyum pada masa kecilnya.

"Setiap satu bulan sekali, aku pasti ke sini. Aku petik bunga kamboja di pohon itu, yang entah kenapa nggak pernah tumbuh besar."

Edelweiss mengusap nisan di depannya itu. Memori tentang Donghyuck terus berputar di kepalanya. Bagaimana pria kecil itu tersenyum, tertawa, atau menangis. Bahkan Edelweiss tidak pernah melihat Donghyuck menangis saat masih kecil.

"Pohon kamboja ini, ibaratkan Donghyuck yang udah tenang di Syurga. Dia nggak tumbuh dewasa, tapi dia selalu punya kenangan indah yang dikenang sama kita di dunia."

Pulau Jingga ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang