🎼 ㅡ Singgah untuk menetap

79 18 0
                                    

As if i just made a song i am trying to say it now

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

As if i just made a song i am trying to say it now. Just listen, i'll sing for you.

🌻
Happy Reading
🌻

"Liat muka kamu, aku jadi De javu tau nggak, Chan. Muka kamu mirip sama Donghyuck kkk." Edelweiss terkekeh. Haechan merapikan rambut Edelweiss.

"Karena aku kembarannya."

...🌼...

Edelweiss terdiam, menatap Haechan tidak percaya. Sementara Haechan mengusap rambut gadis itu.

"Dunia ini sempit banget ya, Del. Cewek yang aku suka, ternyata teman kecil saudara kandung aku sendiri."

Edelweiss masih menatap Haechan tidak percaya. Air matanya menetes, jantungnya berdetak cepat.

"Donghyuck Albiaran Fahrezi ... Haechan Danuar Fahreza?"

"Tanggal lahir aku dan Donghyuck bahkan sama, kan? Aku juga tau cerita kerajaan Jingga yang kamu dan Donghyuck tulis waktu kecil." Haechan tersenyum lalu menarik tangan Edelweiss untuk berkumpul bersama anggota Ekskul basket lain yang mulai berdatangan.

"Heyoo Edelweiss!" sapa Guanlin.

"Hai, Lin. baru balik kampung kan lo? Oleh-oleh gue?"

"Ahehe gue nggak bawa oleh-oleh ... maaf ya, cantik."

"Hilih."

"Hari ini kita akan membagi tim basket yang akan bertanding saat acara HUT sekolah kita nanti. Perwakilan sekolah, tiga tim putra dan tiga tim putri," jelas pak Rowoon.

Edelweiss terdiam menatap ke bawah. Ia tidak menyangka bahwa teman kecilnya adalah saudara kembar Haechan. Mereka memang mirip-- seolah-olah Donghyuck hanyalah Haechan versi kecil, dan Haechan adalah Donghyuck versi dewasa.

"Jangan dipikirin terus, Del." Haechan membawa Edelweiss memisahkan diri dari barisan karena namanya ternyata sudah dipanggil.

"Kaget aja, Chan." Edelweiss terkekeh pelan.

"Loh, Mark tidak hadir?" tanya pak Rowoon. Para murid pun menggeleng tidak tahu. Mereka akhirnya membubarkan diri dan mulai latihan.

...🌱...

Mark mengerjapkan matanya. Ia mengatur napasnya yang entah mengapa terasa berat.

"Nak, kamu sudah bangun?" Tiffany menekan bel untuk memanggil dokter. Dokter Minhyuk datang dan memeriksa keadaan Mark.

"Mark Distian Mahardhika?" panggil Dokter Minhyuk. Mark hanya menatapnya sekilas dan mengalihkan pandangannya.

Pulau Jingga ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang