🎼 ㅡ Maaf, terima kasih.

56 11 2
                                    

I see quiet nights poured over ice and tanqueray

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

I see quiet nights poured over ice and tanqueray

🌻
Happy Reading
🌻

Hari-hari dilalui gadis itu dengan segala rasa cemasnya. Sudah seminggu tepatnya, namun belum ada kabar apapun dari Mark ataupun orang tuanya dari Kanada.

Akhir-akhir ini Edelweiss jarang makan dan sering insomnia. Dia juga sempat panas tinggi hingga dirawat di rumah sakit selama tiga hari. Dan di saat-saat seperti itu, seseorang yang kini sedang duduk di sampingnya, tidak pernah sakalipun jauh darinya.

"Tadi malam kamu tidur, sayang?" tanya Haechan. Edelweiss menggeleng pelan. Ia sibuk mengerjakan tugas-tugas sekolah dan juga merevisi naskah. Belum lagi dirinya harus menyelesaikan naskah filmnya yang akan ditampilkan pada perpisahan kelas 12 nanti.

"Sayang, jangan kayak gini ... kamu harus tidur ... nanti kamu sakit ...."

"Aku kangen Mark ... dia lagi apa? Gimana operasinya? Kenapa nggak ada yang kasih tau aku gimana kabarnya sekarang?"

"Mark pasti baik-baik aja kok sayang ...."

"Dia janji ngajak aku jalan-jalan. Pokoknya dia harus nepatin janjinya."

"Dia pasti nepatin janjinya ... sekarang kamu tidur ya, sayang? Nanti sore mau izin aja les Bahasa Inggris?"

"Nggak, aku nggak mau izin."

"Ya udah, sekarang kamu tidur, ya."

Edelweiss berjalan masuk ke kamarnya. Sementara Haechan masih duduk di balkon. Surat yang dititipkan Mark masih ia simpan dan selalu ia bawa kemanapun. Dengan kondisi Edelweiss yang berubah drastis seperti sekarang, Haechan berharap tidak akan pernah membuka surat itu. Edelweiss butuh Mark dalam hidupnya.

Edelweiss tidak benar-benar tidur. Sekali-kali ia mengecek handphone-nya menunggu kabar dari Mark. Namun nihil, tidak ada satupun pesan dari lelaki itu. Hanya pesan dari grup-grup dan teman-teman yang menanyakan kabarnya.

"Haechan nyuruh lo tidur kenapa malah main Hp?" Jeno masuk ke dalam kamar Edelweiss dari pintu balkon dengan sekotak pizza.

"Ada Jaemin juga tuh di luar. Makan dulu sini." Jeno menarik selimut Edelweiss.

"Mark nggak ngasih lo kabar, No?" Jeno menggeleng kecil. Edelweiss menghela napasnya.

"Del, gue abis main di timezone sama Felix, trus iseng dapet ini bwahahaha, buat lo deh." Jaemin memberikan sebuah boneka kelinci berwarna putih pada Edelweiss.

"Makasih, Na."

"Eh bentar, besok rapat OSIS?" tanya Jeno.

"Iya, bahas masalah renovasi perpustakaan," jawab Jaemin

"Gila gue gugup huhu, pertama kalinya gue rapat OSIS di jabatan baru."

Pulau Jingga ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang