🎼 ㅡ Ngungkapin, sadar diri.

242 84 52
                                    

I didn't mean to dateJust to cry together

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

I didn't mean to date
Just to cry together.

🌻
Happy Reading
🌻

Mark duduk di sofa keluarga. Menyalakan televisi sambil meminum sekotak susu strowberry. Orang tuanya pulang dari luar kota malam ini.

Pikirinnya sedang baik. Tidak ada hal yang membuatnya harus melampiaskan rasa lelahnya hari ini. Silet dan cutter-- semuanya masih tersimpan dalam laci kamarnya.

Tidak perlu di jelaskan lagi, ya? Kalian tentu sudah tau apa maksudnya.

Sementara orang tuanya juga tidak ada yang tau. Mark hanya melukai tubuhnya di tempat yang tertutup pakaian. Paha, lutut, dan lengan atasnya.

Mark mempunyai alasan, dia tidak sedang mengikuti trend anak anak zaman sekarang. Dia melakukan itu dalam kondisi tertentu, dan dalam batas yang tidak berlebihan, mungkin.

Mark tau, yang dia lakukan sama saja menyakiti diri sendiri. Namun, menurutnya lebih baik daripada harus ikut memesan minuman keras secara Ilegal seperti teman temannya dan mabuk tengah malam di club. Mengerikan, itu bukan gaya Mark sama sekali. Meskipun dulu ia sering ikut balapan di malam hari, Mark belum pernah menyentuh minuman haram itu sekalipun. Bahkan tidak juga dengan rokok.

Ding dong!

Bel rumahnya berbunyi. Mark bergegas membukakan pintu. Tampak ayah dan bundanya datang dengan senyum lebar.

"Assalamualaikum," ucap Siwon dan Tiffany.

"Wa'alaikumussalam, Yah, Bun."

Mereka bertiga duduk di sofa ruang keluarga untuk beristirahat, "Oleh-oleh buat Mark mana, Yah? Hehehe." Ayah dan bundanya tertawa lalu mengeluarkan beberapa kotak dari dalam koper.

"Sepatu basket, Komik, dan... buku-buku Diary warna Jingga. Semua yang Mark minta, kan?"

"Yeay! Makasih, Yah!"

"Iya, Sayang. Pokoknya jalani hidup kamu dengan bahagia, dan jangan nyakitin diri kamu sendiri, ya. Ayah sama bunda sayang sama kamu."

Mark tersenyum getir, menahan air matanya. Dia bersyukur orang tuanya memberikan kasih sayang penuh, untuk hidupnya yang mungkin tidak seberapa lama.

...🌱...

Edelweiss dan Jaehyun sampai di alun-alun kota. Mereka berkeliling, membeli jajanan-jajanan dan melihat orang-orang bermain wahana. Jaehyun sebenarnya ingin naik Wahana kora-kora bersama Edelweiss, tapi gadis itu menolak. Melihatnya saja sudah membuat nyawa Edelweiss ciut, apalagi sampai naik.

"Kakak mau permen kapas?"

"Boleh, deh."

"Ayo beli yang bentuknya kepala kelinci!"

Pulau Jingga ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang