🎼 ㅡ I see the light

138 14 0
                                    

Dia Bumi, dan kamu Angkasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dia Bumi, dan kamu Angkasa.
Lalu aku apa? Hanya jurang pemisah antara kalian berdua.

🌻
Happy Reading
🌻

Chenle membawa tubuh Edelweiss ke dalam rumah dengan tergesa-gesa. Gadis itu sangat pucat dan menggigil. Jaemin yang sudah menyiapkan handuk langsung mengeringkan tubuh gadis itu.

"Edelweiss, minum dulu." Lucas menyodorkan segelas teh panas.

"Haechan belum sampe, Le?" tanya Jeno. Chenle menggeleng tak menahu. Renjun dan Jaemin sekarang duduk di samping gadis yang bersandar lemah di sandaran sofa itu.

Beberapa saat kemudian hening. Kelima orang remaja itu hanya bisa menatap Edelweiss iba. Gadis yang kini terlelap dengan air mata mengalir di pipinya. Terlihat jelas, gadis itu sangat lelah. Perasaannya sangat tidak baik.

Hingga suara motor masuk ke area halaman rumah. Haechan masuk dengan beberapa minuman hangat yang dibelinya. Juga makanan kesukaan Edelweiss.

Renjun melempar handuk dan mengenai tepat di wajah Haechan. Lelaki berkulit Tan itupun mendengus sebal dan berjalan menuju kamar mandi, mengganti seluruh pakainnya yang sudah basah tak tersisa. Bahkan pakaian dalamnya.

"Gue baru pertama kali liat Edelweiss gini lho ...." gumam Jaemin.

"Jujur, kalau ke Club masih wajar-wajar aja. Toh tempat itu diciptakan dengan tujuan tertentu. Bukannya gue bilang lebih baik di sana ya. Maksud gue ... Edelweiss nggak seharusnya kayak gini," tambah Chenle.

"Gue ngerasa gagal jadi kakak. Dengan gue yang akhir-akhir ini dikejar Deadline skripsi, naskah film bejibun, gue jadi jarang dengerin Edelweiss curhat. Tapi gue mikirnya, Edelweiss juga lagi sibuk dan nggak ada waktu buat curhat samaa gue. Gue pikir dia baik-baik aja. Ternyata semuanya dia simpen sendiri. Gue nggak pekaan banget kayaknya," tutur Lucas.

"Nggak gitu kok, Kak," sahut Jeno.

Haechan turun dari lantai dua dengan pakaian yang sudah diganti. Ia ikut duduk bersama mereka, menatap Edelweiss yang terlelap.

"Kenapa bisa di situ ketemunya, Chan?" tanya Renjun.

"Itu ... tempat Mark ngucapin perpisahan sama dia sebelum berangkat ke Kanada buat operasi ...."

"Dia jalan sendirian di situ?" tanya Jaemin.

"Pas gue sampai di sana, dia udah tergeletak di pinggir jalan. Badannya dingin banget. Semuanya udah basah karena hujan. Tempat berteduh tadi juga agak jauh dari tempat itu."

"Nih anak nekat banget sih. Nggak mikir risiko besar kalau ngelakuin sesuatu." Jeno terkekeh pelan dan mengusap rambut gadis itu.

"Lo sama Mark ada perjanjian apa sih?" tanya Jaemin.

Pulau Jingga ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang