"Hah?" Bulan terbelalak melihat layar, "ngapain, sih suka banget nelepon tengah malem?"
"Tauk!" Males mikirinnya. Ga tahu apa yang ada di kepala Ratna. Ini jelas bukan dia banget. Neleponin cowok tengah malem, sejak kapan berlagak jablay gini?
Gue rebahin kepala di pundak Bulan. Gantian sekarang yang senderan.
"Oke," kata Bulan ngerapihin rambut. "Merem! jangan melek sedetik pun!" titahnya galak.
"Siap, Tuan Putri." Ga usah disuruh, emang udah niat mau tidur. Segera perbarui posisi senyaman mungkin di pundaknya.
"Halo, Mbak. Maaf, ya. Kamalnya lagi tidur. Kecapekan kayanya nemenin aku ngerjain TA seharian."
Ya, ampun! Perut jadi tegang nahan ngakak. Bisaan banget istri gue.
"Oh," suara Ratna kedengeran kecewa, "kalo gitu titip pesen aja, boleh?"
"Oh, boleh, Mbak," suaranya Bulan sok manis banget. Sumpah, pengen ngakak.
"Saya kebanyakan minum kopi, mungkin dia bisa kirimin penawarnya? Biasanya dia selalu ready."
Damn! Kurang ajar bener! Gue udah bilang ngga maen sama istri orang.
"Oh, minum air yang banyak aja, Mbak. Makan pisang juga bisa buat menawarkan efek kafein."
Sadis! Istri gue emang jenius. Lempeng aja dia jawab.
"Oh, makasih sarannya, Mbak. Tolong sampaikan saja pesan saya, ya." Susah payah nahan ketawa pas denger Ratna ngomong gini. Kebayang mukanya pasti kesel berlipat-lipat.
"Kayanya ga perlu saya kasih tahu, deh. Asal mbak udah minum air putih yang banyak, efek kafeinnya juga reda, kok."
Wow! Kerajaan Bulan mulai menyerang.
"Oh, ya, udah. Ga apa-apa. Nanti saya chat Kamal aja. Udah dulu, ya, Mbak," Ratna kedengeran kaya lagi nahan kesal yang naik sampe ubun-ubun.
Setelah itu ngga ada suara lagi. Lalu hape dibanting keras ke paha. "Apa tuh, kebanyakan minum kopi?"
Gue melek.
Bulan bersungut-sungut. "Maksudnya apa? Ngotot banget minta disampein. Pake mo ngirim chat lagi."
Sebuah notifikasi chat muncul di hape. Diliriknya sekilas batang hape yang masih tergeletak di atas paha. Keliatan jelas satu pesan masuk dari Ratna. "Apa kabar istrimu?"
Dengan muka berang, Bulan ngambil hape. "Apaan, sih nanya-nanya?" rungutnya kesal. Lalu dengan kekuatan penuh, diketikkannya balasan, "Makin cantik dan seksi tiap hari."
Hahaha! Kaya ngeliat dua cewek lagi adu gertak. Kalo face to face mungkin bentar lagi jambak-jambakan.
"Oya? Sayang, ya. Cuma bisa dipandang, ngga bisa diapa-apain." Tawa gue muncrat baca balasan dari Ratna. Dan kayanya itu bikin Bulan makin kesel. Matanya memandang dengan tatapan setajam silet, bikin bibir auto-mingkem.
Setelah berhasil bikin mingkem, dia balik lagi ke hape. Awalnya berniat bales chat, tapi sebuah video call dari Ratna masuk lagi.
Wadaw! Apa sekarang masih mau pura-pura tidur? Padahal tadi baru aja bales chat. Jelas bakal ketahuan bo'ongnya.
Bulan ngeliat gue, kusut banget mukanya. Akhirnya males-malesan nyodorin hape.
"Ngga, kamu aja yang jawab." Gue berdiri mau ke toilet.
"Kamu mau ke mana?" sergahnya cepat.
"Kamar mandi."
"Ikut!" Dia buru-buru berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istriku, Bulan
RomanceWARNING 18+ Cerita ini pertama kali diterbitkan November 2019 dan tamat tahun 2020. Pada tahun 2021, Istriku, Bulan diplagiat dan saya menarik penerbitannya di wattpad. Cerita ini memang tidak diniatkan untuk dikomersilkan. Saya ingin agar maki...