➹ 83. Kisah Mereka ➹

85 8 0
                                    

Di mana ada Gendra
Di situ ada Alinda

»»----><----««

"Mau pesan apa lagi?" tanya Gendra, dia melihat cewek di depannya makan dengan sangat lahap. Siapa tahu Alin akan nambah lagi untuk mengisi perut datarnya itu.

Alin menelan makanannya dulu, dia menatap cowok di hadapannya. "Es krim strowberi."

"Perut lo masih muat?" Gendra tak menyangka, cewek kalau lapar memang di luar dugaan. Dia menggeleng pelan saat melihat gelengan di kepala Alin. Dia pasrah saja, Gendra memanggil pelayan lagi dan memesan pesanan cewek itu. Selepas pelayan wanita itu pergi dia menopang dagu di atas meja, sejak tadi makanannya sudah habis. Dia tinggal menatap Alin dan menunggu cewek itu selesai.

Tak berselang lama es krim pesanan Alin tiba. Dan timingnya pas ketika cewek itu sudah selesai memakan nasi gorengnya. Sebelum makan nasi itu juga Alin sudah makan roti es krim, mie ayam goreng dan stik kentang. Itu pun es jeruknya baru tinggal setengah. Sedangkan Gendra hanya mampu makan nasi goreng dan minum es jeruk. Hanya itu dirinya sudah merasa kenyang.

"Sumpah lo lucu banget, Win."

Alin menghentikan aksi makan es krimnya, dia balik menatap cowok di hadapannya. "Bukannya dari dulu gue emang lucu ya?"

"Tapi kalo makan lebih gemes." Tangan Gendra terulur mengusap sudut bibir Alin yang sedikit belepotan es krim, lalu mencubit pelan pipi gembul Alin. "Lanjutin makannya." Ia kembali menopang dagu menatap cewek di hadapannya.

Alin hanya tersenyum saja. Dia tetap memakan es krimnya dengan menatap Gendra, sesekali juga menyuapkan es krimnya ke Gendra.

Lalu di sela kemesraan mereka. Satu gebrakan pelan di atas meja membuat keduanya sangat terganggu. Mereka menoleh ke dua objek yang datang menghampiri.

"Lo berdua ganggu ... aja," sebal Gendra menegakkan tubuhnya tanpa mau menatap mereka berdua.

"Kita kebetulan aja ke sini, nggak ada niat buat ganggu kalian," bela Citra. Dia sejak tadi menggaet lengan Rilo.

"Ho'oh, lagian kalian nempel terus, nggak di sekolah nggak di luar sekolah sama aja," omel Rilo menggelengkan kepala tak percaya.

"Heh," gertak Gendra menatap sahabatnya. "Lo bisa ngaca nggak?"

"Udahlah, Gen. Sini-sini gabung," ajak Alin menepuk-nepuk tempat di sebelahnya.

Gendra beralih ke kekasihnya. Ia hanya ingin berduaan dengan cewek itu tanpa ada pengganggu. Dan sekarang dia sendiri yang mengajak sahabatnya. "Win ...."

"Alin aja nggak keberatan, wlee," ejek Rilo menjulurkan lidahnya mengejek. Dia lekas duduk di tengah-tengah Alin dan Gendra. Dan Citra sudah duduk di depannya. Cewek itu juga sudah memanggil pelayan untuk memesan sesuatu.

Melihat kecemberutan di mata Gendra. Kaki Alin pelan menendang kaki cowok itu dan diberi tatapan tanya. Kedua alis Alin terangkat sebagai tanda dirinya bertanya. Dan Gendra menjawab dengan gelengan pelan, tapi wajahnya masih saja cemberut.

Dalam hati Alin tertawa pelan. Jarang sekali dirinya melihat wajah Gendra yang cemberut cuma gegara sahabatnya mengacau suasana. Okelah, ini saatnya ia yang bertindak. Tidak seharusnya Gendra melulu yang bertindak dan dirinya mengikut saja.

•FLASHBACK• (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang