Mana ada maling mau ngaku sebelum dicari sendiri keberadaannya
»»————><————««
Kamar ini mulai sepi. Keluarga Gendra pulang, sementara keluarganya sendiri pulang untuk mengambil baju gantinya. Dan Gendra, cowok itu belum juga melihatkan batang hidungnya sejak sore tadi. Tinggallah ia seorang di kamar sunyi senyap ini. Membosankan.
Alin sejak tadi hanya bersandar di kepala brankar bertumpuan bantal. Melihat video di youtube, hanya untuk menghilangkan kejenuhannya. Setelah bosan dia buka aplikasi lainnya. Melihat-lihat story teman-temannya. Hingga satu jam berlalu dirinya hanya melihat semua aplikasi itu sampai bosan sendiri. Ia mematikan ponsel, meletakkan di atas nakas.
"Ini semua orang kemana sih? Berasa nggak dianggap coba," sebal Alin menatap pintu di depannya. Ia menunggu seseorang, entah itu Gendra atau keluarganya.
Karna terlalu bosan, Alin membenarkan posisinya menjadi tidur. Memiringkan tubuhnya menghadap kiri, mencoba memejamkan mata untuk tidur. Daripada dirinya menanti tanpa kepastian seperti ini.
Tak lama suara pintu terbuka terdengar. Alin yang belum seutuhnya tidur membuka matanya. Membalik tubuhnya hingga terlentang, senyumnya mengembang ketika cowok itu menghampirinya.
"Lama banget sih," kesal Alin.
Gendra duduk di kursi sebelah Alin.
"Maaf. Sebentar lagi gue tinggal lagi ya?" izinnya."Mau ke mana?"
"Sebentar aja, janji nggak bakal lama."
"Tapi balik lagi 'kan?"
Gendra mengangguk, berdiri seraya mengelus puncak kepala Alin.
"Istirahat, gue balik lo harus udah tidur, paham?"Alin mengangguk patuh. Ia memejamkan matanya berusaha untuk tenggelam ke dunia mimpi. Dapat ia dengar pintu terbuka kemudian ditutup. Alin kembali membuka matanya, ia mendesah pelan karna ruangan ini kembali sunyi.
"Palingan nanti Bunda ke sini," ucap Alin sendiri. Ia kembali memiringkan badannya ke kiri. Kali ini dirinya akan benar-benar tidur.
Sementara Gendra, dia berjalan ke parkiran seraya menghubungi Citra untuk menunggunya di sana. Saat dirinya hendak berbicara, ada yang menyenggol bahunya. Ia hanya meliriknya saja, lelaki berhoodie hitam itu masuk ke rumah sakit. Gendra tak menggubrisnya, ia kembali berbicara dengan Citra. Setelah selesai ia kembali memasukkan ponsel ke saku celana depan. Kemudian naik ke motor dan melajukannya.
Cowok berhoodie hitam itu memasuki lorong-lorong perkamar dengan mata menatap nama kamar di atas pintu. Setelah ia menemukan ruangannya, dia berhenti tepat di depannya. Terlihat cewek itu tengah tidur dengan memiringkan tubuhnya. Dengan santai dia membuka pintu dan menutupnya kembali lalu menghampirinya, berdiri di belakang punggung cewek itu.
Alin membuka matanya, ia tahu itu Gendra yang datang lagi. Entah apa yang terlupa dari dia. Dengan senyum dia membalikkan badannya terlentang. Seketika senyumnya luntur kala melihat siapa orang itu. Sontak Alin mendudukkan tubuhnya, dan itu membuat kepalanya mendadak sakit. Ia memegangi kepalanya sambil menatap cowok itu tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
•FLASHBACK• (TAMAT)
Teen FictionBelum direvisi dan belum dilanjut. Maklum kalau acak-acakan. Dia adalah semangatku, inspirasiku, penyanggaku sejak dulu. Kesalahan di masa lalu terdengar biasa, lalu kenapa dia memperbesarnya dan menyimpannya hingga kini? Membuatku semakin merasa be...