Bantu aku mengingatmu
Agar ini tak menggangguku»»————><————««
Sebuah mobil putih berhenti di depan rumah cukup besar dan megah. Kawasan ini ada di kawasan para bangsawan. Gendra melihat alamat rumah yang tertulis di kertas putih tersebut. Mencoba mencocokkannya dengan tempat di hadapannya ini.
"Gue rasa ini alamatnya." Selepas yakin, Gendra keluar dari mobil. Menghampiri pos satpam di sana.
"Permisi Pak."Seorang satpam di sana bangkit dari duduknya. Membuka sedikit pintu gerbang. "Iya?"
"Saya cuma mau tanya Pak, apa benar ini rumahnya Pak Gino?"
Terlihat dahi satpam tersebut berlipat. "Pak Gino? Siapa?"
Gendra tampak terkejut. "Lalu ini rumahnya siapa jika bukan rumahnya Pak Gino?"
Satpam itu tersenyum ramah. "Rumah ini dibeli oleh Pak Aldo untuk masa depan putri pertamanya."
Pak Aldo? Apa mungkin Om Aldo? Berarti rumah untuk Windi? Batin Gendra, menerka-nerka sendiri.
"Pak Aldo Gunawan? Yang putrinya bernama Alin itu?" tanya Gendra, masih penasaran.
Satpam itu mengangguk tersenyum. "Iya, betul itu. Masnya kenal?"
Gendra tersenyum lebar. Dengan pedenya dia mengatakan siapa dirinya sebenarnya. "Saya Gendra, pacarnya Alin."
Pak satpam itu tersenyum semakin lebar. "Berarti isu itu benar ya? Nona Alin sudah punya pasangan."
"Isu apa Pak?"
"Ya isu itu, kalau Non Alin sudah punya pasangan. Tapi banyak yang belum tahu siapa pacarnya. Eh, ternyata saya ketemu langsung dengan Mas Gendra. Mas Gendra ini anaknya Pak Arya 'kan? Yang perusahannya hampir bangkrut karna karyawan itu 'kan?"
Gendra mengangguk. "Itulah kedatangan saya kesini Pak. Saya mau cari tahu rumahnya Pak Gino. Dia adalah orang yang membantu Papa saya di perusahannya. Apa bapaknya tahu tentang Pak Gino?"
Satpam itu menggeleng. "Saya tidak tahu, apa Masnya punya foto beliau? Siapa tahu saya lupa."
Gendra mengangguk cepat, sepertinya ada jika di ingat-ingat. Tadi juga Gendra langsung memotret riwayat hidup Om Gino plus fotonya. Ia menyerahkan ponsel tersebut pada Pak satpamnya.
Pak Satpam bertuliskan name tag Biwon S. Beliau mengambil alih ponsel Gendra. Meneliti gambar di layar tersebut. Kemudian mimik wajahnya mengatakan sesuatu yang Gendra tebak bila beliau pernah melihat Om Gino.
"Saya pernah liat orang ini," katanya. Dia kembali mengembalikan ponsel Gendra.
Gendra menerimanya. "Di mana Pak?"
"Sepertinya di sini. Orang itu pernah berbincang dengan Pak Aldo."
"Apa bapak tahu apa yang mereka bicarakan?"
Pak satpam menggeleng. "Coba Mas Gendra tanyakan ke Pak Aldo, secara kalian kan pasti dekat."
Benar juga, batin Gendra. Ia tersenyum. "Makasih Pak. Dan do'ain saya bisa jadi menantunya Pak Aldo."
Pak satpam itu memberikan dua jempolnya. "Saya dukung Mas."
Lantas Gendra melenggang pergi. Dia akan menghampiri perusahaan Om Aldo langsung. Ketika tiba di sana ia langsung ke meja resepsionis. Bertanya apakah Om Aldo ada. Dan sepertinya ini keberuntungan Gendra. Tidak ada meeting atau bertemu klien. Om Aldo bebas. Gendra segera bergegas ke ruangan direktur. Mengetuk pintu sebelum membuka pintunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
•FLASHBACK• (TAMAT)
Teen FictionBelum direvisi dan belum dilanjut. Maklum kalau acak-acakan. Dia adalah semangatku, inspirasiku, penyanggaku sejak dulu. Kesalahan di masa lalu terdengar biasa, lalu kenapa dia memperbesarnya dan menyimpannya hingga kini? Membuatku semakin merasa be...