➹ 07. Ingin ➹

183 12 0
                                    

Keinginan yang terkabul memang baik, tapi keinginan yang tak terkabul, itu lebih baik. Karena Tuhan tahu yang terbaik.

»»----><----««

Gendra duduk di taman sebelah gedung sekolahnya seorang diri di atas rerumputan hijau yang bersih. Pikirannya kalut akan hal kemarin. Mungkinkah dirinya cemburu melihat keakraban mereka. Obrolan yang diselingi tawa, dan cara pandang cowok itu seakan biasa. Tapi pandangan Alin lebih tertarik.

"Gue mikir apa sih? Seharusnya gue seneng Windi nggak ngikutin gue lagi. Bukannya gue sendiri yang mau dia hindarin gue waktu itu? Tapi kenapa sekarang gue ngerasa tersiksa?"

Gendra membaringkan tubuhnya terlentang dengan kedua tangan sebagai bantal. Ia menatap langit redup yang membuatnya tak merasakan panas atau gerah. Mungkin beberapa jam lagi akan turun hujan lebat jika melihat kegelapan di atas sana.

Kreek!

Gendra menoleh ke samping kala mendengar sesuatu di dekatnya.

"Yah, ketahuan deh." Alin menginjak daun kering dan membuat usahanya untuk mengagetkan cowok itu sirna. Ia berjalan dan duduk di sebelah Gendra dengan bersila.

"Ngapain lo ke sini?" ketus Gendra kembali menatap langit.

"Gen, lo marah sama gue? Salah gue di mana?" tanya Alin memandang Gendra di bawahnya.

"Mending lo pergi deh, gue mau sendiri, jangan ganggu gue seharian ini, bisa?"

"Gen ...," panggil Alin menyampingkan tubuhnya menghadap cowok itu sepenuhnya. "Gue minta maaf. Gue tahu lo risih diikutin gue terus. Tapi sekarang kan udah nggak, kita bisa kan temenan selayaknya. Nggak usah pake musuh-musuhan gini," cerca Alin menatap lekat cowok di sebelahnya itu.

Giliran Gendra membalas tatapannya.
"Gue bilang pergi, gue mau sendiri. Lo ngerti bahasa gue nggak?" kesal Gendra tetap keukeh ingin sendiri.

"Nggak akan pergi sebelum lo kasih tahu kesalahan gue apa," tegas Alin kemudian menatap depan seakan ngambek pada cowok di sebelahnya.

Gendra mendudukkan diri, sejajar dengan duduk Alin, menatap cewek itu dari samping. "Lo mau tahu kesalahan lo apa?"

Kontan Alin langsung menoleh ke Gendra dengan senyumnya. "Apa?"

"Kesalahan lo itu bikin gue muak, selama ini gue tersiksa dengan kehadiran lo. Dari dulu gue nggak suka dikintilin lo terus. Karna gue kasihan, gue biarin. Jangan pikir gue kesenengen deket sama cewek caper kayak lo."

"Maksud lo apaan kemaren tidur di kasur gue terus pura-pura jatuh buat bisa tidur sama gue. Masih untung gue nggak gangguin tidur lo, gue bisa aja langsung bangunin lo dan ngusir lo tengah malam. Tapi lo selamat, Mama gue maksa gue buat ngizinin lo tidur di kamar gue."

"Sekarang, lo mau apa dengan deketin gue lagi? Berharap gue bakal jadi temen lo lagi? Atau jadi cowok lo? Cukup dulu lo deketin dan ngejar-ngejar gue."

•FLASHBACK• (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang