➹ 02. Teman SD yang Menusuk ➹

365 20 0
                                    

Saat seorang teman terpercaya menunjukkan wajah asli dibalik topengnya

»»----><----««

"Ge-Gendra ...?" Alin tidak menyangka dirinya akan bertemu dengan orang yang selama enam tahun membantunya dan selalu membuatnya tertawa sekaligus mengetahui apa arti dunia sesungguhnya. Tiba-tiba muncul di depan mata.

Sebenarnya Gendra ingin sekali mengajaknya mengobrol banyak. Tapi lagi-lagi egonya memimpin, ia harus bersikap seolah tak mengenal dia. Karena Gendra tak mau jika Alin tersakiti lagi hanya gegara dekat dengannya.

"Maaf, nggak kenal," tukas Gendra datar, ia kembali melanjutkan jalannya menuju ruang kepala sekolah. Tujuan utama dirinya pindah sekolah adalah agar bisa menemui cewek di hadapannya ini. Jujur, ia rindu setelah tiga tahun pisah sekolah.

Alin merasa tertohok dengan perkataan itu, apakah temannya itu sudah melupakan dirinya? Atau ada hal lain yang membuat dia tidak pengenalnya?

Alin harus mencari tahu itu, dirinya tak terima bila dilupakan begitu saja. Ditambah cowok itu banyak jasa atas dirinya, Alin mengejar Gendra, menghentikan langkah Gendra dengan berdiri tepat di hadapannya.

"Ini gue Windi, lo bener ngelupain gue? Gue janji nggak bakal ngejar-ngejar lo lagi, tapi jangan seakan-akan gue sama lo nggak pernah berteman, Gen," kata Alin, dia menyebut nama 'Windi' karena itu nama kecilnya yang dipergunakan ketika SD. Nama panggilannya berubah Alin ketika banyak temannya yang memanggil Alinda ketika SMP.

"Gue 'kan udah bilang, gue nggak kenal sama lo. Jangan sok kenal deh sama gue, dasar murahan," ejek Gendra dengan gumaman di dua kata terakhir seraya melenggang pergi.

Alin memejamkan mata, kenapa teman lamanya itu cepat sekali berubah. Padahal Alin ingin kembali berteman dengannya dan berjanji tidak akan kembali mengejar-ngejar dia seperti dulu. Walau dulu mengejar dalam artian selalu memperhatikannya hingga tahu semua seluk beluknya.

Rilo menepuk bahu Alin dari samping, kontan Alin menunduk menghapus air matanya yang sempat sebulir jatuh. Kemudian mendongkak berusaha menetralkan emosinya.

"Lo nggak papa?" tanya Rilo sesekali melihat ke belakang, di mana cowok itu yang sudah membuat Alin menangis.

Alin menggeleng seadanya. "Nggak papa, masuk kelas yuk, hampir bel nih," kata Alin mendahului ke kelas.

"Tunggu Lin ...," teriak Rilo mengimbangi jalan Alin.

Dari belakang mereka, Gendra melihat semuanya. Ternyata Windi yang ia kenal masih seperti dulu, sensitif dan mudah tersenyum. Gendra rindu masa-masa di mana cewek itu selalu membuntutinya dulu.

Flashback

Windi tersenyum simpul penuh arti, dia suka mengekori cowok yang tak terlalu tinggi darinya. Sampai kapanpun ia tidak bosan mengikuti gerak-geriknya, intinya jangan sampai dia hilang fokus pada cowok itu. Windi duduk di sebelah Gendra, menatap depan seperti cowok itu.

"Suka banget duduk di sini, kamu nggak bosan?" tanya Windi menengahi suasana hening, sekaligus menghilangkan rasa kecanggungan.

•FLASHBACK• (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang