Resiko terlalu berat memang harus ditindak cepat
»»————><————««
Esoknya. Alin dan Gendra turun dari mobil. Jalan beriringan menuju kelas, walaupun tak seperti kemarin. Tapi masih saja ada yang meminta berfoto bersama keduanya di koridor.
"Kalian cocok banget, ada hubungan ya?" tanya seorang siswi dengan centilnya.
Alin dan Gendra lempar pandang. Bingung juga mau menjawab apa, karna akhir-akhir ini keduanya memang sering bersama.
"Ah nggak kok, kita teman sekelas," jawab Alin sekenanya.
"Sayang banget, padahal kalian cocok loh. Kalo lo nggak mau, Gendra ambil gue aja ya."
Alin diam, tapi Gendra memicing tak suka dengan cewek di depannya ini.
"Kita duluan." Karna suasana menjadi tak enak, Gendra menarik tangan Alin untuk segera ke kelasnya. Daripada meladeni cewek seperti dia.
"Weh ... juara kelas kita datang nih!" seru Rilo langsung mendapat perhatian penghuni kelas yang menatap keduanya setelah memasuki kelas dan duduk di bangku mereka.
"Oleh-olehnya dong," minta Citra menyodorkan telapak tangan pada Alin yang baru saja meletakkan tasnya, belum juga dirinya duduk.
"Nggak ada," jawab Alin sekenanya.
"Sahabat apaan lo nggak bawa oleh-oleh," cibir Rilo mendorong bahu kanan Alin dari tempatnya hingga cewek itu agak terhuyung ke samping.
Tanpa sepatah kata setelah mendesah pelan. Alin mengeluarkan kotak besar dari dalam tasnya. Meletakkan di atas meja. "Tuh, buat kalian sekelas, dibagi ya," ujar Alin.
Tanpa disuruh, penghuni kelas langsung memenuhi meja Alin. Mengambil kue yang dibawanya dari Singapore. Bukan karna Gendra tak bawa, justru mereka patungan untuk membeli kuenya. Biar sama-sama adil. Itupun Alin yang memustuskan.
Gendra hanya diam saja di tempatnya. Randu, teman sebangkunya saja sudah ngacir ke meja Alin. Dia datang dengan dua kue di tangannya.
"Kalo boleh tahu nih, lo suka sama Alin?" tanya Randu iseng, karna kemarin dirinya melihat story IG milik Gendra yang ada foto Alin waktu malam tengah memotret sesuatu di HPnya dengan caption 'My best friend'
Gendra menggeleng. "Lo baca captionnya, kan?" tanyanya, ia tahu pertanyaan itu Randu lontarkan selepas melihat story IG nya.
"Baca, tapi gue nggak percaya," jawab Randu setelah menelan kuenya.
"Serah dah."
Randu menegakkan tubuhnya, matanya ke arah Alin duduk, sedikit mendekatkan tubuhnya ke Gendra hingga bahu mereka bersentuhan. "Waktu nginep di hotel kalian ngapain aja?" tanya Randu kelewat nyeleneh.
Gendra kontan mendorong kepala Randu menjauh darinya. "Otak lo ngawur ya? Kamar kita sebelahan, bukan sekamar," jelas Gendra menatap garang cowok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
•FLASHBACK• (TAMAT)
Teen FictionBelum direvisi dan belum dilanjut. Maklum kalau acak-acakan. Dia adalah semangatku, inspirasiku, penyanggaku sejak dulu. Kesalahan di masa lalu terdengar biasa, lalu kenapa dia memperbesarnya dan menyimpannya hingga kini? Membuatku semakin merasa be...