Ketika hati kecil berkehendak melakukan sesuatu, dan pikiran menolak. Jika kamu ingin itu, tak akan ada yang bisa menghentikannya
»»----><----««
Sinar mentari tersenyum di atas, tapi tidak untuk cewek berbalut selimut tebal bermotif fauna ini. Dirinya masih bergelut pada guling di peluknya. Mencari kehangatan di sana. Jam di atas meja belajarnya sudah menunjukkan dirinya bangun terlambat.
Suara pintu terbuka dan derapan kaki melangkah terdengar. Kemudian membuka selimut itu dengan paksa membuat Alin terpaksa membuka matanya.
"Ini udah jam setengah tujuh Kak, nanti Kak Windi terlambat," kata Erlin memakai seragam lengkap dan berkacak pinggang.
"Libur dulu ah, Kakak pusing," ucapnya dengan suara serak.
Erlin memegang dahi Kakaknya.
"Panas, Kakak demam?" tanya Erlin melunak.Alin mengangkat bahunya, kembali menarik selimutnya hingga batas leher. "Bilang ke Bunda, tolong kirimin surat," kata Alin kembali memejamkan matanya.
"Syiap," kata Erlin langsung bergegas ke bawah setelah menutup pintu kamar Kakaknya.
➷➷➷
Guru mapel masuk, setelah semua memberi salam. Bu Wirli memanggil Alin dan sekretaris kelas menjawab bahwa Alin tidak masuk karena sakit. Kentara bila raut Bu Wirli sedikit kecewa, banyak murid di kelas bertanya-tanya mengapa tiba-tiba Bu Wirli si guru mapel IPA sekaligus wali kelasnya menanyakan cewek itu.
"Ada yang tahu rumahnya Alin?" tanya guru berambut pendek itu pada anak didiknya.
Dengan senang hati Rilo langsung mengacungkan tangannya tinggi. "Saya tahu Bu."
Bu Wirli tersenyum, mengambil sebuah amplop putih di meja guru di atas buku-bukunya kemudian berjalan ke meja Rilo. Meletakkan amplop itu di hadapan Rilo. "Tolong berikan ini ke Alin nanti."
"Siap," tegas Rilo memberi hormat pada guru cantik itu.
"Isinya apaan Bu?" tanya Andin, ketua kelas ter ... kepo.
"Surat undangan ke Singapore."
"Singapore!" kaget seluruh kelas melotot pada Bu Wirli.
"Iya, Alin ikut olimpiade IPA se-Asia. Karna piagamnya yang sudah banyak, jadi para guru nggak akan ragu memilih Alin untuk mewakili Indonesia."
"Apa cuma Alin aja Bu yang mewakili Indonesia?" kepo Andin lagi.
"Nggak, ada sepuluh perwakilan per negara angkatan SMA, kalian bantu do'a biar negara kita menang."
"Amiiin," seru semua serentak.
"Kapan keberangkatan Alin, Bu?" tanya Andin lagi. Kalau masalah berita terbaru dia tidak akan menyerah sampai tahu ke akar-akarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
•FLASHBACK• (TAMAT)
Teen FictionBelum direvisi dan belum dilanjut. Maklum kalau acak-acakan. Dia adalah semangatku, inspirasiku, penyanggaku sejak dulu. Kesalahan di masa lalu terdengar biasa, lalu kenapa dia memperbesarnya dan menyimpannya hingga kini? Membuatku semakin merasa be...