Andai saja waktu bisa diperlambat. Aku tidak akan menyia-nyiakan hari ini untuk bisa lebih dekat denganmu dan saling lempar senyum
»»————><————««
"Hei kawan? Kabar lo baik 'kan? Gue denger lo habis kecelakaan ya? Tapi sekarang udah sehat 'kan?" semprot Rilo ketika matanya mendapati Alin di koridor.
"Gue baik kok," jawab Alin seadanya.
"Sumpah gue kangen sama lo Lin," gereget Rilo kontan memeluk Alin dari samping erat lalu melepaskannya. Rilo juga lupa jika ada Gendra yang sedari tadi mengawasi mereka di sebelah Alin.
"Gue ke kelas duluan," kata Gendra seraya berjalan menjauh.
"Gendra ...," panggil Alin mengejar Gendra dan menyamai langkahnya.
"Jangan ditinggal dong!" seru Rilo mengejar keduanya dan menyamai langkahnya dengan berjalan di sebelah Alin.
Ketiganya beriiringan ke kelas. Alin lebih mempercepat langkahnya menuju bangku. Duduk di sebelah sahabatnya. Alin ingin mengatakan sesuatu tapi bingung mau bilang apa. Duduknya ia benarkan menghadap Citra yang sibuk memainkan ponsel.
"Cit," panggil Alin pelan.
Tak ada gemingan.
"Citra gue minta maaf, gue tahu gue salah. Maaf karna gue egois, maaf karna gue bentak lo, maaf karna gue buat lo takut. Lo mau 'kan maafin gue?" ucap Alin sungguh-sungguh. Dirinya tak mau memperparah masalah persahabatan ini. Jika Citra masih saja marah padanya, lalu siapa yang akan jadi temannya nanti.
"Maafin lah Cit," seru Rilo tiba-tiba membungkuk di sebelah Alin dengan kedua lengan bawah bertumpu pada meja Alin.
Sementara Gendra hanya memperhatikan mereka dari bangkunya. Dan Randu yang menatap temannya dari samping, mengikuti pandangan mata Gendra dan berhenti di ketiga murid depan sana.
"Udah baikan sama Alin?" Suara Randu terdengar membuat Gendra kontan memiringkan tubuhnya dengan sorot mata tajam pada cowok itu.
"Lo bisa nggak, nggak usah ngagetin?" tekan Gendra, bawaannya selalu sebal bila menyangkut Randu.
"Maaf, gue kan cuma pengen tahu."
Gendra menghela pelan, memposisikan duduknya lagi. "Udah."
"Kapan?"
"Kepo banget sih lo," sungut Gendra cepat.
"Gue cuma nanya, sensi amat sih." Randu ikutan sebal dengan nada Gendra.
"Ya udah diem," cibir Gendra membuat Randu benar-benar bungkam.
Citra akhirnya menoleh ke Alin selepas mematikan ponselnya. "Gue bakal maafin lo, tapi dengan satu syarat."
KAMU SEDANG MEMBACA
•FLASHBACK• (TAMAT)
Roman pour AdolescentsBelum direvisi dan belum dilanjut. Maklum kalau acak-acakan. Dia adalah semangatku, inspirasiku, penyanggaku sejak dulu. Kesalahan di masa lalu terdengar biasa, lalu kenapa dia memperbesarnya dan menyimpannya hingga kini? Membuatku semakin merasa be...