➹ 49. Pelepasan ➹

80 6 0
                                    

Siapa yang tidak sedih bila kau kembali pergi dari hidupku. Walau hanya sementara

»»————><————««

     Matahari di atas kepala kemudian perlahan tenggelam. Suasana dingin diselimuti langit tertangkup awan debu. Malam gelap gulita tanpa ada penerangan, sama seakan menggambarkan suasana hati sang peran utama. Berselimut khawatir, ragu, dan tidak percaya. Dengan berdiri memegang palang besi coklat mengenakan baju santai ala rumahan. Kaos pendek dan celana pendek atas lutut. Desiran angin malam menyeruak tubuh dan menghempaskan pelan beberapa juntai rambut panjangnya.

Kedua bola mata kecilnya memandang langit polos. Bibirnya terkatup malas. Hanya rambut kecil di atas dan bawah mata saja yang bergerak sekian kali untuk menghalau kotoran kecil masuk. Hembusan nafas kembali terdengar kelu. Nafas yang tak berderu seperti biasanya, terasa berat dan sesak. Ingin menangis pun, air mata tak kunjung keluar. Sementara jari-jari kakinya bergerak gusar tapi berirama tiada henti.

"Baru beberapa minggu gue ngerasa seneng. Kenapa harus ngerasa sendiri lagi?"

"Lo kenapa sih Gen harus pergi lagi?"

Lalu tubuh Alin berputar setengah lingkaran ke arah selatan. Berjalan pelan menuju almarinya. Malam ini dirinya berniat untuk bertamu ke rumah sahabatnya. Hanya sekadar melepas rindu dan bertanya kapan cowok itu akan berangkat yang entah ke mana. Padahal waktu itu ia bertanya dan malah dijawab dengan senyuman lalu pergi begitu saja meninggalkan dirinya sendiri di UKS dengan rasa penasaran yang besar.

Setelah ujian kenaikan kelas usai. Cowok itu terlihat menghindar darinya. Membuat Alin merasa was-was karna sikap Gendra padanya.

Gendra pergi dari UKS setelah membiarkan unek-uneknya keluar. Sedangkan Alin mendengus kasar karna pertanyaannya tak kunjung terjawab. Ia berbalik dan mengejar Gendra, Alin sedikit berlari di belakang Gendra yang berjalan cepat menuju kelas. Tangan kanan Alin terulur panjang menuju bahu cowok itu. Tepat di depan kursi panjang kosong yang di sebelahnya terdapat dua tong sampah berwarna hijau dan biru yang sama-sama berisi setengah. Telapak tangan Alin berhasil menangkap bahu kiri Gendra dan membaliknya kasar hingga berbalik menghadapnya.

"Lo kenapa sih?"

Gendra diam. Hanya bernafas, berkedip, dan menatap Alin. Karna tak kunjung dijawab, bibir Alin kembali bergerak. "Lo mau ke mana?"

•FLASHBACK• (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang