Tidak ada yang tahu kejadian berikutnya. Dan tak akan menyangka siapa yang kita temui di waktu selanjutnya
»»————><————««
Malam ini, di kapal persiar. Semua peserta dikumpulkan untuk mengadakan pesta karna telah berpartisipasi di acara ini.
Alin mengenakan dress biru laut tanpa lengan dengan panjang melebihi lutut berbahan kain jatuh. Untuk menambah kesan manisnya, ia mengenakan jepit kecil di pelipis kanan yang senada dengan bajunya. Bersepatu putih dengan hak tak terlalu tinggi. Sudah sesuai di badannya. Ia berjalan ke pinggir kapal, pemandangan di malam hari terlihat indah dengan berbagai lampu di kota sana. Menghembuskan nafas dengan pelan, merasakan udara sejuk di malam hari.
Memejamkan mata dengan sunggingan senyum tipis. Tangannya memegang pembatas besi berwarna coklat muda. Tak pernah ia bayangkan bisa menjuarainya. Dilihat dari fisik, dirinya tak begitu sehat. Cara menjawab soalnya pun tak tenang karna di setiap menit sakit itu tiba.
Alin membuka matanya, menunduk menatap laut. Baru juga diingat, sakit itu kembali menyerang. Alin duduk di kursi besi tepat di belakangnya. Kedua tangannya meremas lutut dan kepalanya tetap tertunduk. Kenapa sakit itu selalu menyerang dirinya? Pikir Alin.
Gendra melangkah lebar ke cewek yang ia kenal. Tangannya membawa sebungkus obat dan botol minuman. Daritadi dirinya mencari dia dan ternyata menyendiri di belakang kapal. Ia duduk di sebelahnya, menyodorkan obat dan botol itu.
Alin mendongkak, matanya langsung terkunci pada Gendra. "Minum," suruh Gendra.
Alin menurut, ia mengambil obatnya dan diminumnya walupun obat itu pahit. Tapi mau bagaimana lagi, itu satu-satunya cara agar dirinya sembuh.
Gendra mengambil alih botolnya setelah Alin meneguknya. "Masih sakit ya?" tanya Gendra mengelus rambut panjang Alin.
Alin menggeleng pelan kemudian menatap depan. "Kayaknya ada yang aneh deh, Gen," kata Alin memulai percakapan.
"Aneh gimana?" tanya Gendra.
Alin membenarkan duduknya menghadap Gendra. "Gimana nggak aneh, dari awal gue perhatiin nih. Setiap 30 menit, sakit di kepala gue dateng. Bukannya kalo over dosis itu sakitnya banget terus ilang. Tapi ini berkali-kali Gen, gue jadi curiga ada orang yang sengaja ngelakuin ini semua ke gue."
Gendra ikut berpikir, apa yamg dibilang Alin ada benarnya juga. Dirinya juga pernah membaca artikel tentang itu, tidak mungkin kan sakitnya terus menerus.
"Jadi, menurut lo siapa orangnya?"
Alin diam, kemudian dia ingat makanan apa yang terakhir kali dirinya makan. Yaitu bingkisan dari gurunya.
"Apa mungkin kotak makan yang diberi Bu Wirli itu ada obatnya?"
"Kalo iya kenapa gue nggak sakit juga?" tanya balik Gendra.
KAMU SEDANG MEMBACA
•FLASHBACK• (TAMAT)
Teen FictionBelum direvisi dan belum dilanjut. Maklum kalau acak-acakan. Dia adalah semangatku, inspirasiku, penyanggaku sejak dulu. Kesalahan di masa lalu terdengar biasa, lalu kenapa dia memperbesarnya dan menyimpannya hingga kini? Membuatku semakin merasa be...