Apa pun kejadiannya. Cuma kamu yang akan aku sebut kali pertama aku merasakannya
»»————><————««
Setelah semalam bolak-balik ke kamar mandi. Akhirnya di pagi hari, Alin masih setia di ranjangnya. Kekurangan tidur iya, badannya sakit semua juga iya. Meskipun Alin sudah meminum air gula hangat, sampai air panas pun tidak mempan untuk perutnya. Entah kenapa setelah kemarin memakanan makanan dari cafe bersama Gendra. Alin seringkali ke kamar mandi hanya untuk memuntahkan semua isi perutnya.
Sampai pagi ini pun. Dirinya bangun gegara rasa mual kembali menyerang dan berakhir di depan wastafel. Memuntahkan semua isi perutnya yang sebetulnya sudah kosong. Hanya air bening yang dirinya untahkan.
Serasa sedikit lega, tangannya bergerak menghidupkan kran untuk membersihkan bak wastafel itu. Mencuci wajahnya dengan air mengalir dan berharap ini terakhir kalinya dirinya muntah. Ia mengambil tisu yang tergantung di sebelahnya guna mengeringkan wajah dan tangannya. Alin menegakkan tubuh menghadap cermin. Wajahnya saja sudah sayu, bibirnya juga memutih. Lalu bagaimana jika Gendra, keluarga, atau temannya mengira jika dirinya sakit. Pasti akan banyak yang melarang dirinya untuk menghadiri pesta Bundanya nanti malam.
"Nggak boleh, gue harus terlihat biasa aja," optimis Alin.
Dalam sekali hembusan dirinya mulai menutup pintu kamar mandi. Berselang beberapa menit Alin keluar dari kamar dengan sebiasa mungkin. Terlihat dari atas ada seorang cowok yang sudah menjadi kebiasannya bila waktu pagi sudah duduk di sofa itu dengan memainkan ponselnya.
Alin berjalan pelan menuruni tangga. Mendadak setelah mandi badannya serasa lemas. Ditambah perutnya bertambah kosong, sebelum keluar dari kamar tadi Alin masih sempat memuntahkan sesuatu dari mulutnya.
"Pagi Bun," sapa Alin seraya duduk di kursi meja makan. Membalik piring putihnya, mengambil nasi kemudian lauk dan sayurnya. Melihat makanan di depannya saja membuat Alin mual, padahal itu semua adalah makanan kesukaannya.
Alin berdiri, mengambil roti serta selai untuk mendekatinya. Mengoleskan selai coklat ke atas roti tawar. Lalu menumpuknya dengan roti lain. "Aku berangkat Bun," pamit Alin menghampiri Bunda di dapur. Menyalaminya kemudian pergi setelah mendapatkan balasan salam dari Bundanya.
"Ayo Gen," ajaknya seraya memakan roti di tangannya.
Gendra mendongkak, memasukkan ponselnya ke saku sambil berdiri dan mengambil tasnya. Berjalan mengekori Alin yang duluan ke mobil.
➷➷➷
Alin mengangkat tangan kanannya sampai guru itu menoleh padanya. Tidak hanya guru itu tapi semua murid di kelas.
"Iya Alin."
"Izin ke toilet Bu."
"Silakan."
Dengan menutup mulutnya Alin berdiri dan berlari ke toilet. Membuat Gendra yang melihatnya merasa curiga. Tidak biasanya cewek itu ke toilet di waktu jam pelajaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
•FLASHBACK• (TAMAT)
Teen FictionBelum direvisi dan belum dilanjut. Maklum kalau acak-acakan. Dia adalah semangatku, inspirasiku, penyanggaku sejak dulu. Kesalahan di masa lalu terdengar biasa, lalu kenapa dia memperbesarnya dan menyimpannya hingga kini? Membuatku semakin merasa be...