➹ 12. Musuh Baru ➹

193 12 0
                                    

Jika berani dengangku lalu kenapa takut dengannya?

»»————><————««

     Alin dengan mudah mengerjakan soal-soalnya. Seakan rumus fisika itu sudah di luar kepala dan masalah penalaran dirinya harus berpikir berkali-kali. Seakan dirinya sudah siap untuk mengikuti lomba itu. Ia hanya berharap usahanya tidak sia-sia. Dan kesehatannya harus pulih seratus persen ketika hari perlombaan.

Sementara Gendra begitu konsen dengan soal matematikanya. Tanpa sedikit pun meliriknya seperti kemarin-kemarin. Alin akui ini adalah hari terakhir mereka belajar dan nanti adalah keberangkatan menuju ke negara asing. Membuat Alin menjadi tak sabaran ingin segera ke sana. Ini juga kali pertamanya ia pergi ke luar negeri. Pasti banyak cerita di sana, batin Alin.

Kemungkinan setelah selesai olimpiade akan jalan-jalan sebentar untuk sekadar cuci mata dan membeli oleh-oleh. Alin mulai membayangkan bagaimana serunya jalan-jalan di negara asing. Mulai dari pengenalan diri, memperbanyak teman, melihat budaya lokalnya dan aktivitas keseharian orang sana. Tentu menyenangkan bukan?

"Windi ...," kesal Gendra menguncang bahu Alin untuk kesekian kalinya.

Alin tersadar, ia kontan langsung menoleh ke Gendra dengan tampang cengo. "Apa sih?"

"Lo dipanggil dari tadi nggak nyaut-nyaut," sebal Gendra geram dengan Alin.

"Sekarang kan udah, apa?"

Gendra diam sejenak. "Nanti malam gue jemput, Bu Wirli sama Bu kepala sekolah nunggu di bandara. Jam tujuh pas harus udah siap, nggak pake lama," tegas Gendra menekankan tiga kata terakhir.

"He'em," balas Alin sekenanya, ia bangkit, menutup buku dan berlalu begitu saja.

Dirinya sadar ini jam istirahat, dengan melihat beberapa anak memasuki perpustakaan. Dan dengan perkataannya tempo hari, Alin akan benar melakukannya. Kali ini ia tak akan bermain-main dengan ucapannya. Meski dia cowok dambaannya, tapi jika perlakuannya selalu kasar. Alin akan tetap menjauhinya.

"Aww," ringis Alin menyentuh bahu kirinya, dia mendongkak dengan pandangan tak bersahabat. Apa-apaan itu, menyenggol bahunya dengan keras.

"Maaf, sakit?" tanya cewek bertubuh lebih tinggi darinya. Memang dia cantik, tapi melihat tampangnya yang sok, Alin dapat mengetahui bagaimana sifatnya.

"Nggak papa." Alin berusaha menghindar, ia tersenyum singkat kemudian berlalu.

Cewek itu menatap punggung Alin tajam, begitu juga dengan teman di sebelahnya. "Dia Alin 'kan?" tanya Sefi, orang yang sengaja menabrak Alin tadi.

"Yap, dia orangnya. Orang yang sok dekat dengan Gendra si murid baru," cecar Reni, si cewek kaca mata pink yang tenar. Dia pandai mencari informasi di mana saja, itu sebabnya Sefi suka berteman dengan Reni. Dirinya bisa dengan cepat mengetahui asal-usul orang yang diingin tahunya.

"Gue denger dia terpilih sebagai perwakilan Indonesia untuk lomba di Singapore dan Gendra juga, ya 'kan?"

"Ya, dia di bidang IPA dan Gendra Matematika. Lalu, rencana lo selanjutnya apa? Nanti malam dia berangkat ke Singapore."

•FLASHBACK• (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang