Siapa lagi yang ngefitnah gue kalo bukan orang yang terakhir di temui semalam
»»————><————««
Paginya. Alin menggeliat manja di ranjangnya. Tapi hal aneh yang ia rasakan, yaitu tempatnya sempit. Padahal dia lihat kemarin ranjangnya luas. Perlahan Alin membuka matanya dan rasa pening langsung menusuk kepala.
"Arrgh," erang Alin memegang kepalanya. Tak sadar, bila suara itu juga membangun seseorang di sebelahnya. Dengan setengah sadar dia memeluk Alin seperti guling. Alin langsung terperanjat, dia mengumpulkan nyawanya sebentar lalu membuka bola matanya lebar-lebar. Ia tolehkan kepala ke samping dan boom.
"Dion!" teriak Alin dengan susah payah melepaskan pelukan Dion, tapi tenaga cowok itu tetap saja kuat. Dia memukul bertubi Dion tanpa ampun hingga pelukannya kendur. Alin mengambil kesempatan dengan duduk melipat kedua kakinya dan bersandar di kepala ranjang. Ia juga menarik selimutnya hingga batas dada. Takut-takut bila tubuhnya telah polos.
"Ngapain lo tidur di sini?" tanya Alin setengah takut pada cowok yang mulai menggeliat untuk bangun. Dia ikut duduk dengan mengucek matanya. Masih terasa sakit di belakang kepalanya akibat benturan semalam. Entah siapa yang memukulnya sekeras itu dan membuatnya pingsan.
"Jawab, lo ngapain tidur di sini?" tanya Alin sekali lagi, karna taitukunjung dibalas.
Dion menoleh ke Alin, cewek itu terlihat ketakutan. Lalu pandangannya menelusuri tempat ini. Kemudian dia ingat, semalam dirinya pingsan masih di kamar cewek it. Mata Dion membulat pada Alin.
"Kok gue di sini?" tanyanya balik.
"Seharusnya gue yang tanya, kenapa lo ada di sini? Lo manfaatin gue yang lagi mabuk 'kan? Apa lo juga ngerusak gue?" isak Alin tak main-main. Dirinya benar-benar takut, ketakutan yang dia kira tak akan terjadi malah terjadi.
"Eh, tenang dulu. Gue berani sumpah demi ayam gue, gue nggak pernah nyentuh lo. Baju lo aja masih utuh," beritahunya, dia tahu karna selimutnya agak ke bawah.
"Sekarang lo pergi nggak," usir Alin menunjuk pintunya.
"Iya iya gue pergi, gue sumpah nggak pernah nyentuh lo sama sekali," ulangnya lagi.
"Pergi!" usir Alin lagi.
Dion turun dari ranjang. Bajunya juga utuh, tak mungkin dirinya melucuti cewek itu. Dion pikir ada orang yang mengerjainya. Jalannya berhenti di tengah, dia kembali berbalik. "Gue mohon hari ini jangan sekolah, gue takut ada apa-apa."
"Bukan urusan lo, pergi!"
Dion akhirnya pergi dibalik pintu. Dia keluar dengan perasaan campur aduk. Tidak mungkin ini terjadi begitu saja, jelas-jelas semalam dia seakan dipukul benda keras dari belakang. Dion yakin, pasti ada dalang dibalik kejadian ini. Jika teman-temannya tak mungkin, karna mereka masih ada di club. Yang ia takutkan adalah sebagian besar teman Alin yang melakukannya. Hanya ada beberapa kepastian yang terjadi nanti. Yaitu Alin dibully, karna pasti ada yang mengambil foto mereka semalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
•FLASHBACK• (TAMAT)
Teen FictionBelum direvisi dan belum dilanjut. Maklum kalau acak-acakan. Dia adalah semangatku, inspirasiku, penyanggaku sejak dulu. Kesalahan di masa lalu terdengar biasa, lalu kenapa dia memperbesarnya dan menyimpannya hingga kini? Membuatku semakin merasa be...