➹ 36. Ditinggal ➹

122 11 0
                                    

Di tengah kesunyian pasti ada keramaian. Di mana aku merasa sendiri pasti kamu ada

»»————><————««

     Selepas mengikat tali sepatunya. Alin sigap menuju bawah, di mana meja makannya berada yang hampir menyatu dengan dapur. Duduk di tempat biasanya bergabung dengan satu keluarga kecil. Membalik piring putih di depannya, mengambil nasi putih, sayur sop, dan lauknya. Mengambil sesuap nasi untuk dirinya lahap, tapi terhenti di udara oleh suara Bunda.

"Nanti kita mau ke rumah nenek, kamu ikut, Win?"

Terpaksa Alin menurunkan sendoknya, beralih menatap Bundanya. "Nggak deh Bun, Windi malas."

"Ya sudah, Kak Windi ke rumah Kak Gendra aja. Nggak baik cewek sendirian di rumah," ujar Erlin memperingatkan di sela makannya.

"Tumben pinter," jawab Alin menyikut bahu Erlin.

"Halah, kesenengan pasti," cibir Erlin menjulurkan lidahnya .

"Bodoh." Tatapan Alin kembali pada Bundanya. "Gendra belun dateng Bun?" tanya Alin.

Belum sempat Bunda menjawab, suara klakson mobil terdengar. Alin mendengus pasrah, belum sempat dirinya menyentuh makanannya, cowok itu sudah tiba. Alin bangkit, tanpa sepatah katapun dirinya beranjak kembali ke kamar. Mengambil pakaian gantinya agar nanti tidak bolak-balik ke rumahnya. Kemudian kembali turun ke meja makan, dan di sana sudah berdiri cowok berseragam sama sepertinya.

"Sarapan dulu, Win," suruh ayah Alin.

Alin berdiri di belakang kursinya, mengangkat tangan kirinya guna melihat jarum jam yang bertengger di pergelangan tangan kirinya. Melihat masih ada waktu beberapa menit untuk dirinya sarapan, Alin kembali duduk di tempatnya. Melahap nasinya sedikit cepat. Untung saja makannya sedikit, jadi tidak terlalu lama untuk menghabiskannya.

Lima menit kemudian Alin sudah menghabiskan air di gelas beningnya. Berdiri sambil menyomot roti panggang di atas piring. Tangan kanannya mengambil tangan kedua orang tuanya lalu menyium punggung tangannya secara tergesah. Tak lupa Alin juga memaksa kedua adiknya untuk segera salim padanya. Setelah memberi salam, dengan seenak jidat Alin langsung ngacir keluar sambil mengunyah roti.

"Gendra pamit Om, Tan," pamitnya sambil menyalami mereka. "Assalamu'alaikum." Mendengar balasan mereka barulah Gendra mengikuti Alin yang ternyata sudah stand by di dalam mobil. Gendra duduk di kursi kemudi, langsung menjalankan mobilnya tanpa sepatah kata, berniat membalas perbuatan Alin barusan.

➷➷➷

     Kelas sedang bebas. Karna guru mapel tak kunjung datang. Banyak murid yang mengisi waktu mereka dengan cara mereka sendiri. Mabar, ketawa-ketiwi, ngegosip, dan mempelajari pelajaran yang akan diajarkan sekarang bagi yang sadar. Termasuk Gendra dan Randu, kedua cowok itu memang terkenal cerdas di kelas ini, pada dasarnya tampang Randu memang menyebalkan, tapi tidak untuk otaknya.

Mapel sekarang adalah IPS. Sebuah pelajaran yang terus mengenai sebuah sejarah, letak geografis, dan pertempuran antar negara. Intinya semua itu berhubungan dengan politikum. Cukup menguras otak  juga bagi orang yang sama sekali tak mempelajarinya. Alias malas membaca. Alin salah satunya.

•FLASHBACK• (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang