Cukup hari ini biarkan aku memilih apa yang aku mau
»»————><————««
Setibanya di Singapore. Keduanya langsung dibawa ke hotel khusus para peserta. Karna yang mengikutinya lumayan banyak. Alin kebagian kamar nomor 203 dan Gendra 204. Mereka bersebelahan.
Alin meletakkan kopernya di sebelah almari sedang, menghempaskan seluruh badannya ke atas ranjang dengan posisi tengkurap. Ia mendesah berat, badannya serasa remuk semua. Ditambah perutnya keroncongan. Kepalanya ia tolehkan ke kiri, terlihat paper bag berisi makanan dan minuman.
Alin mendudukkan tubuhnya, meraih paper bagnya lalu mengeluarkan isinya. Tanpa buang waktu Alin langsung memakannya dengan lahap.
Di waktu yang bersamaan. Perbincangan di negara sebelah lumayan membikin dua cewek itu berbinar-binar. "Setelah lo ngasih itu dan Alin makan nasinya dia akan jadi apa?" tanya Reni duduk di ujung ranjang Sefi, kali ini dirinya menginap di rumah Sefi karna besok hari libur sekolah.
Sefi bangkit dari sebelah Reni, berjalan pelan menuju balkon seraya berkata, "Dia akan pusing setelah 30 menit makan nasinya. Dan paginya dia akan sadar, tapi nggak vit. Nanti, ketika dia mengerjakan soal olimpiadenya, Alin akan mengalami pusing bertubi-tubi 30 menit sekali. Mungkin setelah ujian dia bakal ... bruuk, jatuh pingsan."
Reni kontan berdiri dan menghampiri Sefi. "Tapi nggak bahaya buat dia 'kan?"
Sefi menatap Reni. "Ya enggak lah, palingan nanti dia akan nginap di rumah sakit beberapa hari."
"Gila lo, Sef."
Dan di lain sisi lagi Alin memakan bungkusan itu. Ia meletakkan beberapa buku dan soal di meja rias, menarik kursinya untuk ia duduki dan mulai mengulang materinya. Cukup membolak-balikkan dan mengingatnya sebentar. Alin sudah tidak sabar untuk menghadapi soal besok pagi. Seberapa sulitkah soalnya besok? Pikir Alin.
"Bismilah besok bisa, setelah apa yang gue pelajarin selama ini. Jika Engkau menghendaki maka tolong besok ngerjakannya lancar. Kalah atau menang adalah urusan terakhir, semua itu adalah keputusanMU," kata Alin seraya menengadahkan kesua tangan di depan dada.
"Hah, gimana sih rasanya menang setelah bersaing dengan orang pilihan se–ASIA. Pasti saingannya basar-besar, lebih pinter dari gue. Tapi yang penting sudah berusaha."
Alin hanya beberapa menit membuka kembali buku dan soalnya. Kemudian naik ke ranjang untuk istirahat, menyiapkan energi dan pikiran untuk besok. Sebelum tidur Alin juga berdo'a agar semuanya berjalan lancar besok. Dan tak lama dirinya sudah terlelap.
Jam dinding bergerak cepat mengarah ke angka 3 pada jarum panjangnya. Saat itu juga Alin terbangun, merasakan sakit luar biasa di kepalanya. Ia mendudukkan tubuhnya dengan tetap memegangi kepala.
"Kepala gue kok mendadak pusing ya? Hsss, lebih sakit dari biasanya." Mata Alin menatap jam dindingnya, baru 30 menit dirinya tertidur dan terbangun gegara sakit di kepalanya. Tangan Alin meraih ponsel di bawah bantalnya. Mencari kontak 'Gendra' di sana, tapi tak kunjung dirinya temukan. Ditambah matanya yang mulai buram membuatnya semakin susah mencari nama seseorang di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
•FLASHBACK• (TAMAT)
Teen FictionBelum direvisi dan belum dilanjut. Maklum kalau acak-acakan. Dia adalah semangatku, inspirasiku, penyanggaku sejak dulu. Kesalahan di masa lalu terdengar biasa, lalu kenapa dia memperbesarnya dan menyimpannya hingga kini? Membuatku semakin merasa be...