Maaf untuk segalanya karena sudah berbuat tanpa berpikir seribu kali seperti yang kau katakan
»»----><----««
Alin berdiri di depan pintu gerbangnya, berkali-kali dia mengangkat pergelangan tangan hanya untuk melihat jam yang bertengger di sana. Rilo tak kunjung datang. "Sebenarnya ini jadi apa nggak sih?", gumam Alin sendiri.
Menit berikutnya Alin melihat mobil sport mewah bernuansa abu-abu putih berhenti di depannya. Alin mengernyit heran siapa sebenarnya dia. Jika Rilo, tak mungkin, dia kan belum punya mobil. Akhirnya Alin diam saja, menunggu kaca hitam itu terbuka.
Alin menatap aneh orang di dalam mobil setelah kaca mobilnya turun. Tidak mungkin dia temannya. "Rilo!" heran Alin spontan. "Ini bener elo 'kan?!" Alin masih tak percaya dengan cowok di hadapannya ini.
Dengan gaya coolnya Rilo melepaskan kaca mata hitam dan ia gantungkan di kerah tengah bajunya. "Iyalah, yuk berangkat."
"Lo punya utang penjelasan ke gue," kata Alin sebelum memutari mobil depan lalu masuk ke mobil mewah itu. "Keren," heboh Alin setelah duduk di sebelah Rilo.
Rilo tersenyum, dirinya bahagia bila cewek di sebelahnya juga bahagia. Dia menekan tombol dan secara perlahan atap mobil terbuka. Membuat Alin semakin heboh melihatnya.
"Cuaca pagi hari tuh harus dinikmatin," kata Rilo sebelum menancapkan gas menuju lokasi.
Saking senangnya, Alin berdiri menikmati terpaan angin pagi. Rambut sebahunya yang tertepa angin menambah kesan manis di mata Rilo. Jarang-jarang dia melihat Alin sebahagia ini.
"Makasih Rilo," kata Alin tetap memandang jalan sepi di depan.
"Untuk?" jawab Rilo masih belum paham.
"Gue bahagia sekarang, kok lo tahu gue suka menikmati angin kayak gini?" tanya Alin enggan mengalihkan pandangannya.
"Duduk dulu Lin, kalo lo ngomong sambil berdiri nanti masuk angin," peringatan Rilo.
Alin menurut, dia kembali duduk di tempatnya. "Jelasin sekarang, ini mobil siapa?"
"Gue."
"Sejak kapan lo punya mobil?" Kedua alis panjang Alis menyatu kaget.
"Baru kemarin beli, gue ngajak lo ke toko buku buat ngasih tahu tentang ini."
"Ceritanya pamer nih?"
"Pamer sama temen sendiri nggak papa 'kan? Lagipula lo temen deket gue, jadi lo adalah orang pertama yang naik mobil baru gue. Mulai besok gue antar jemput lo ya?"
"Eh! Nggak usah, gue kan bisa naik bus. Rumah kita berlawanan, jangan ngerepotin diri sendiri dong."
"Tapi lo mau 'kan jalan sama gue setiap kali ada waktu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
•FLASHBACK• (TAMAT)
Teen FictionBelum direvisi dan belum dilanjut. Maklum kalau acak-acakan. Dia adalah semangatku, inspirasiku, penyanggaku sejak dulu. Kesalahan di masa lalu terdengar biasa, lalu kenapa dia memperbesarnya dan menyimpannya hingga kini? Membuatku semakin merasa be...