Ketika kebohongan di ujung tombak
»»————><————««
"Sudah cukup! Cukup di sini Windi nginjak-nginjak harga diri gue di hadapan Gendra dan yang lain!" geram Flora menghentak-hentakkan kakinya ke lantai. Ia berada di rooftop. Jadi tidak ada yang mendengarnya, kecuali hembusan angin dan langit.
"Gue nggak tahan ini, gue harus ngomong ke Om Aryaa untuk mempercepat hari pertunangannya. Gue nggak mau tersiksa sendiri tanpa adanya orang lain. Gue harus bisa nyingkirin Alin dari kehidupan Gendra. Harus," kata Flora menatap gedung-gedung tinggi di hadapannya. Seakan mengajak bicara bangunan tegak kokoh itu.
Tanpa dirasa, ternyata ada orang di belakang Flora. Cewek itu mendengarkan racauan Flora dengan sangat jelas. "Gue bisa bantu lo kok buat nyingkirin Alin."
Kontan Flora membeku sebentar. Lalu berbalik ke belakang, suara perempuan yang berdiri dengan menyilangkan tangan di depan dada sembari ia melihat kuku bercatnya di tangan kanan. Cewek itu akhirnya menatap Flora dengan senyuman devil. "Kenapa? Lo nggak nyangka kalo ada musuh lain dari Alin?"
"Buktinya gue ada, lo calon tunangannya Gendra 'kan? Mau gue bantu buat nyingkirin Alin?" tawar Sefi dengan senang hati.
"Lo siapa?" tanya Flora penasaran.
"Gue Sefi dari kelas IPS, musuhnya Alin dari kelas sepuluh. Mau bekerja sama?" tawar Sefi lagi.
Flora diam sejenak, berpikir dengan matang. Jika ia tolak, Flora akan sia-sia juga dengan tawaran gratis itu. Tapi bila ia terima, apa sebenarnya maksud dbalik tawarannya itu? Flora jadi ragu untuk menerimanya.
Sefi melihat keraguan di wajah Flora. Ia lantas kembali mengeluarkan suaranya. "Gue akan dukung lo kok. Lagipula perasaan gue ke Gendra udah hilang, gue cuma kesel aja sama Alin yang selalu nempel ke Gendra. Mau gabung?"
Flora akhirnya menurunkan dagunya. Ia menerima tawaran Sefi, lumayan bagi dirinya. Ia mempunyai teman untuk membantunya menyelesaikan segera tugas dari orang tuanya ini.
Sefi melangkah mendekati Flora, berhenti di hadapannya. "Jadi? Rencana lo apa?"
"Singkirin Windi," jawab Flora.
Alis sabit Sefi terangkat, ia tak paham. Flora tahu itu, ia kemudian kembali bersuara, "Mudah saja, sini."
Flora menyuruh Sefi untuk mendekatkan telinganya. Sefi menurut. Ia mendengarkan betul perkata yang dikeluarkan dari mulut Flora. Sefi tersenyum seraya kembali menegakkan tubuhnya. "Ide bagus."
➷➷➷
Flora segera turun untuk menemui Om Arya di ruang keluarga. Ia dengan seenaknya langsung duduk di sebelah Om Arya yang tengah santai menonton televisi. Pandangan beliau terganggu karna ada seseorang di sebelahnya. "Flora? Ada apa?"
Flora membenarkan posisi duduknya menghadap Om Arya. "Om Arya bisa nggak mempercepat tanggal pertunangannya? Soalnya bulan depan Flora ada urusan di California untuk ngurusi formulir pendaftaran Flora di sana Om." Alibi. Itu hanya ucapan semata untuk menghasut orang di hadapannya. Flora tahu betul bagaimana sifat Om Arya.
Om Arya diam menatap Flora. Mempercepat pertunangan? Beliau sepertinya ragu untuk menyanggupinya. Entah mengapa jika mengingat pertunangan ia seperti keberatan dan berpikir dua kali untuk mengatakan 'iya'. Ditambah gegara acara perjodohan ini, putranya menjadi lebih over terhadap sahabat kecilnya. Apa mungkin dirinya salah dalam memilih suatu keputusan? Ini bahkan jarang terjadi pada dirinya. Dan mengingat Alin sudah sembuh dari lupa ingatannya. Beliau bertambah ragu lagi. "Om pikirkan dulu ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
•FLASHBACK• (TAMAT)
Teen FictionBelum direvisi dan belum dilanjut. Maklum kalau acak-acakan. Dia adalah semangatku, inspirasiku, penyanggaku sejak dulu. Kesalahan di masa lalu terdengar biasa, lalu kenapa dia memperbesarnya dan menyimpannya hingga kini? Membuatku semakin merasa be...