➹ 48. Rasa Khawatir ➹

84 7 0
                                    

Perhatianmulah yang selama ini aku cari hingga ke dasar kelautan

»»————><————««

     Duuk!

Kontan bahu Gendra ke belakang karna senggolan tadi. Matanya langsung menajam bak elang ke arah cowok itu yang kini juga menatapnya. "Santai aja dong!"

Lah? Gendra sedikit memiringkan kepalanya. Kenapa dia yang marah? Seharusnya dirinya yang marah karna jalan biasa main disenggol. "Gue biasa aja kenapa lo yang nyolot?"

"Ya minta maaf kek apa gitu!"

Gendra heran dengan jalan pikir cowok di depannya ini. Kenal nggak. Lalu Gendra membalikkan tubuhnya menjadi berhadapan empat mata dengannya. "Mau lo apa?"

"Kan lo yang salah, seharusnya minta maaf lah!"

Fix, emosi Gendra berhasil terpancing. Dia yang salah kenapa harus dirinya yang meminta maaf? Satu lagi, nada bicaranya seakan tak mau bersahabat dengan dirinya. Benar-benar cowok aneh, Gendra saja sampai berpikir jika dia tengah PMS. Ada saja. "Nada suara lo bisa dijaga nggak? Ngundang perhatian tahu."

Benar saja. Ini waktu istirahat. Suara cowok di depannya ini begitu mengundang murid di sekitar mereka. Bahkan sampai ada yang berani membuat lingkaran mengelilingi mereka. Semakin memperburuk keadaan. Gendra hanya takut bila hal sepele ini sampai terdengar di telinga guru. Tambah runyam urusannya.

"Gue nggak bakal gini kalo lo dari awal mau minta maaf!"

"Lo siapa sih?" tanya Gendra masih dengan nada sabar. Tapi sepertinya cowok itu tidak bisa diajak bicara baik-baik. Bawaannya selalu emosi.

"Gue Affan. Mantannya Alin."

Kemudian sebuah sorakan terdengar dari kerumunan yang mereka buat sendiri. Sementara Gendra menaikkan sebelah alisnya. Apa urusannya dengan dirinya jika dia mantan sahabatnya. Lagipula cuma mantan, bukan? "Urusannya sama gue apa?"

"Gue nggak suka aja ngeliat Alin jalan sama cowok. Sementara dia playgirl, suka nyakitin cowok! Dan asal lo tahu, kalo dia kupu-kupu malam."

Bugh!

Satu bogeman mentah mendarat mulus di rahang Affan hingga badannya sedikit terhuyung. Gendra tak ambil waktu, dia mendekat, menarik kerah seragam Affan. "Apa maksud lo ngelecehin sahabat gue?!"

Emosi Gendra sudah sampai di ubun-ubun. Sejak tadi dirinya diam karna masih sabar. Tapi ucapan dia yang terlontar begitu halusnya, membuat setan di dalam diri Gendra keluar dan berakhir bermain tangan seperti ini.

Affan tak terima. Dia menghempaskan tangan Gendra begitu saja lalu membalas pukulan itu ke wajah Gendra. Banyak yang meringis menonton perkelahian membabi buta itu. Tidak ada yang berani di antara mereka menghentikan perkelahian keduanya.

Di sisi lain. Citra, Rilo, dan Alin menikmati jajanan kantin. Diselingi canda ria juga di antara mereka. Tidak ada yang tahu mengenai berita heboh di koridor. Sampai Randu tiba-tiba duduk di sebelah Alin dengan nafas tersenggal. "Lin, ikut gue sekarang."

•FLASHBACK• (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang