Yah, seperti yang kau rasakan
Aku mulai nyaman denganmu»»————><————««
Pintu rumah Alin terbuka.
"Astaga!" seru Tante Wahyu. Dia melihat pemandangan yang tidak mengenakkan. Kedua remaja di depan pintu sana tengah memar-memar hebat. Terutama yang membuatnya terkejut adalah goresan panjang di pipi putrinya.
"Kalian berdua masuk dulu, Bunda akan panggil dokter." Tante Wahyu hendak beranjak.
Suara Alin menghentikan. "Nggak usah Bun, kita bisa ngobatin sendiri."
"Tapi, Win."
"Tante tenang aja, kita kuat kok. Butuh di kompres aja."
Tante Wahyu menghela pelan. "Untung Ayah belum pulang, Ayah akan sangat khawatir kalau melihat kalian berdua babak belur seperti ini."
"Ayah belum pulang?" tanya ulang Alin.
Tante Wahyu menggeleng. "Belum, Ayah masih sibuk di kantor. Kalian masuk ke kamar aja dulu, Bunda bawain air hangat sama kompresnya nanti." Beliau segera melenggang ke dapur.
Gendra kembali memapah Alin ke kamarnya. Keadaan Alin jauh lebih parah dari luka memar miliknya, ia hanya menghajar penjaga depan rumah kosong itu agar bisa masuk menyelamatkan Alin. Sore itu, selepas Alin dibawa pergi. Kedua orang yang memukul punggung Gendra juga pergi. Ia sengaja tidak menghubungi siapa pun. Dia langsung bangkit menuju mobilnya. Mengikuti mobil milik orang jahat itu.
Gendra parkir mobil agak jauh dari rumah tak berpenghuni di dalam hutan itu. Dia masuk menyelinap diam-diam. Berdiri didekat jendela di mana Alin disekap di sana. Gendra sengaja tidak langsung menyelamatkan cewek itu. Dia harus tahu dulu siapa otak dalam semua ini. Gendra beranjak pergi. Berdiri dibalik jendela depan. Keempat cowok berbaju hitam itu berdiri menjaga pintu ruangan Alin.
Tak lama deruan mobil datang. Gendra menoleh. Melihat siapa yang keluar dari mobil putih itu. Flora. Gendra sudah tak terkejut dengan cewek itu. Ternyata pemikirannya tepat. Alin tidak mempunyai musuh selain Flora. Cewek itu sangat sirik pada kekasihnya. Sehingga dia akan melakukan apa pun demi mendapatkan kemauannya.
Gendra tidak bisa mendengar percakapan mereka. Yang ia lihat dua di antara cowok itu masuk ke ruangan Alin berada. Gendra curiga. Dia kembali lagi ke jendela di ruangan Alin. Kedua matanya kontan terbuka lebar kala menyaksikan langsung perlakuan mereka terhadap cewek yang tersekap itu. Gendra masih bisa mengontrol emosinya. Dia sigap mengeluarkan ponsel dari saku. Menempelkannya pada jendela itu. Gendra merekam semua perlakuan mereka. Dia lantas bergegas masuk ke rumah itu. Tidak akan dia membiarkan Alin tersiksa di dalam sana.
Tiba di sana Gendra langsung dicegat dua cowok itu. Flora juga ada di sana, dia begitu terkejut melihat kedatangan Gendra yang tiba-tiba.
"Hajar dia," perintah Flora menunjuk Gendra dengan dagunya.
Keduanya langsung menghajar Gendra bersamaan. Sangat tidak adil memang. Gendra menangkis serangan mereka. Sesekali menyerang mereka. Karna kesempatan menghajar sangat tipis. Di kala kesempatan ada. Gendra menyerang satu dari mereka. Menghajarnya secara membabi buta. Emosinya sudah tidak terkontrol. Tapi setiap tindakan ada resikonya. Kini, tubuh Gendra terpelanting keras ke tembok akibat tendangan dari kawan lawannya itu. Gendra meringis sebentar.
KAMU SEDANG MEMBACA
•FLASHBACK• (TAMAT)
Fiksi RemajaBelum direvisi dan belum dilanjut. Maklum kalau acak-acakan. Dia adalah semangatku, inspirasiku, penyanggaku sejak dulu. Kesalahan di masa lalu terdengar biasa, lalu kenapa dia memperbesarnya dan menyimpannya hingga kini? Membuatku semakin merasa be...