Rasanya jadi orang terkenal memang enak, tapi tidak untuk resikonya
»»————><————««
Mobil Gendra masuk ke halaman rumah Alin. Dia melepaskan sabuk pengamannya. Menoleh ke Alin, ingin membangunkannya tapi tak tega. Akhirnya Gendra turun dulu, membuka pintu sebelah Alin dan membopong cewek itu masuk ke rumahnya. Tekanan bel kedua pintu terbuka. Terlihat Bunda Alin yang mengucek matanya, sepertinya bangun tidur. Bundanya menyuruh Gendra untuk membawa Alin ke kamarnya. Dan dalam perjalanan Bunda Alin bilang, "Kamu nginep di sini Gen, keluarga kamu ada di Bandung, nenek kamu sakitnya kumat katanya."
Gendra membaringkan Alin dulu di ranjangnya lalu kembali menghadap bunda. "Gendra tidur di mana, Tan?"
"Terserah kamu, Tante tidur lagi ya."
Entah Bunda sadar atau tidak yang penting dirinya sudah membalas pertanyaan cowok itu. Dengan gontai dirinya kembali ke kamar.
Gendra menatap Alin, masa iya tidur seranjang lagi seperti waktu itu. Ia menggeleng, menarik selimut Alin hingga batas dada. Gendra mengedarkan matanya ke kamar Alin, mana sofanya kecil lagi. Mana cukup badannya tidur di sana. Karna tak ada pilihan lain dan dirinya juga ngantuk. Akhirnya ia tidur di ranjang Alin. Tapi dirinya masih sadar. Gendra mengambil bantal di sebelah Alin, menaruhnya di kaki cewek itu lalu menidurinya. Dan kini mereka tidur dengan menghadap arah berlawanan. Kepala Alin di Utara dan kepala Gendra di Selatan, alhasil bertemu dengan kaki. Selimutnya juga satu itu.
Gendra mulai memejamkan matanya dan langsung terlelap nyenyak.
➷➷➷
Kriiing!!!
Suara alarm kamar Alin terdengar begitu keras dan nyaring. Hingga kedua makhluk itu sama-sama terkejut dan kontan langsung mendudukkan diri dengan kasar hingga.
Duuk!
Kedua kening itu menyatu saking kasarnya mereka bangun. Keduanya mengelus sayang jidat mereka. Lalu saling menatap.
Alin tambah terkejut. "Lo kok di sini?"
"Bunda lo yang nyuruh," balas Gendra dengan suara serak khas bangun tidur.
Braak!!
Pintu terbuka begitu saja, menampilkan gadis kurus berseragam rapi. Dia menekan pinggang berdiri angkuh di ambang pintu, dirinya tak terkejut jika ada Gendra. Karna semalam Erlin bangun untuk minum dan melihat ada Gendra.
"Udah gede juga, lihat tuh jam berapa?" tunjuk Erlin pada jam di atas TV Alin. Keduanya menoleh.
"Setengah tujuh!!" pekik keduanya. Buru-buru mereka bangun dan masuk kamar mandi, tapi keduluan Gendra. Alin menggedor pintu kamar mandi.
"Gen, gue dulu dong, ini rumah siapa coba?!" teriak Alin panik.
"Di kamar aku kan ada kamar mandi Kakak." Suara Erlin menekan, seakan harus banyak sabar dengan Kakaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
•FLASHBACK• (TAMAT)
Novela JuvenilBelum direvisi dan belum dilanjut. Maklum kalau acak-acakan. Dia adalah semangatku, inspirasiku, penyanggaku sejak dulu. Kesalahan di masa lalu terdengar biasa, lalu kenapa dia memperbesarnya dan menyimpannya hingga kini? Membuatku semakin merasa be...