➹ 81. Salah ➹

53 8 0
                                    

Tidak ada maling yang mengaku

»»————><————««

     "Apa yang kalian lakukan sampai babak belur seperti ini?" tanya Om Aldo dingin. Tatapan beliau memang letih sehabis kerja, tapi sirat penasarannya masih ada.

"Gendra bisa jelasin, Om," sergah Gendra sebelum Om Aldo naik pitam karena menunggu lama.

"Jelaskan." 

Gendra menjelaskan detail kejadiannya. Tak ada satu detik pun yang ia lewatkan. Karena, ia percaya Om Aldo akan percaya akan ceritanya.

Berselang beberapa menit. Meja makan dipenuhi suara Gendra. Tante Wahyu dan Om Aldo lebih fokus pada cerita Gendra daripada acara makannya. Sementara Alin, cewek itu enak-enak saja melahap makanannya.

Gendra mengambil minum dari gelas milik Alin. Meneguknya, bercerita panjang lebar seperti mendongeng memang melelahkan, tidak akan Gendra mau bercerita sepanjang ini. Cukup ini terakhir kalinya.

"Oke, Om percaya. Tapi Papamu? Apakah dia percaya?"

"Jangan beritahu Papa dulu, Om."

"Sampai kapan kamu di sini, hm?" tanya Tante Wahyu. Lalu menyuapkan sesendok nasi ke dalam mulutnya.

"Sampai masalah ini tuntas." Tatapan Gendra beralih ke Om Aldo. "Gendra izin ke ruangannya Om Aldo, ya?"

Om Aldo mengangguk. "Gunakan saja ruangan itu sesukamu."

Senyum lebar Gendra mengembang. "Makasih, Om." Lekas dia beranjak seusai memakan sesendok nasi terakhir. Ia akan melihat CCTV di ruangan Om Aldo yang mengarah pada ruangan Om Gino.

Sementara di meja makan, hanya tinggal mereka bertiga yang menyelesaikan makan malam. Tante Wahyu menyilangkan sendok dan garpu di atas piring putih yang sudah kosong. Beliau meneguk minum dulu sebelum memanggil putri pertamanya.

"Windi."

Tatapan Alin teralih ke Bundanya. "Iya, Bun?"

"Kamu yakin masih mau dekat dengan Gendra setelah kejadian ini terjadi ke kamu?" tanya Bunda. Beliau jadi tidak tega melihat putrinya terus-terusan terluka karena dekat dengan Gendra.

Alin mengangguk. Dia tersenyum kecil ke Bundanya. "Bunda tenang aja ya, ini ujian cintanya Windi sama Gendra. Ayah aja dukung kita, masa iya Bunda nggak dukung sih."

"Ayah nggak dukung kamu," kata Om Aldo langsung.

Kepala Alin langsung tertoleh ke Ayahnya yang tengah makan. "Terus kenapa Ayah biarin Gendra pakai ruangan Ayah kalau bukan dukung kita?"

Masih belum mau menatap putrinya beliau menjawab, "Ayah nggak bilang dukung kalian, Ayah cuma mau ngetes seberapa pantas Gendra buat kamu."

"Sama aja dong, Ayah. Secara nggak langsung Ayah itu dukung kita," kata Alin masih kukuh pada ucapannya.

Tatapan Om Aldo perlahan mengarah ke Alin. "Ayah akan dukung hubungan kalian kalau kamu ingat apa kesukaan Ayah."

•FLASHBACK• (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang