➹ 58. Siapa Dia? ➹

117 8 3
                                    

Ketika takdir menjadi nyata

»»————><————««

     Koridor ramai. Lagi, seorang cowok menggetarkan seisi sekolah. Lelaki yang mampu menarik semua kaum hawa. Dari kecerdasan, ketenaran, dan pasti ketampanan. Selama setahun menghilang. Kemudian kembali dengan gaya yang lebih sempurna. Ciptaan mana yang engkau dustakan!

Citra dan Rilo menggiring Gendra ke kelasnya. Kelas XII IPA 1. Yang pasti mempertemukan dua insang. Yang di mana, keduanya telah menaruh rasa di hati masing-masing. Walau mereka tak tersurat mengutarakannya. Tapi dari gerak-gerik pasti dapat terbaca dengan mudah.

Satu tahun. Tanpa ada kabar setelah kepergiannya. Entah kenapa Tuhan selalu membuat dinding ketika ada saat saling mengabari. Seolah memang tak diperbolehkan untuk saling tatap melalui alat komunikasi. Mereka dibiarkan memendam rasa rindu yang mendalam. Memberi ujian selama itu. Dan berhasil. Mungkin setelah sengsara akan kerinduan. Sebuah pelangi muncul indah. Suatu kejadian ke depannya pasti akan indah. Pasti. Bila saling percaya.

Kedua kakinya terhenti di ambang pintu. Senyumnya terlihat kala gadis kecilnya sudah menepati pesannya dulu. Rasanya dia ingin menelan hidup-hidup organ tubuhnya. Mendekapnya dengan sangat erat. Jika boleh. Dirinya ingin melakukannya lagi. Seperti di bandara malam itu. Ia tak akan lupa. Justru dirinya sangat ingat betul bagaimana detailnya.

Langkahnya melaju pelan ke arahnya. Duduk di sebelahnya dengan tatapan nanar gembira. Jantungnya tiba-tiba tak terkendali. Ia sangat senang bisa menemuinya langsung. Melupakan rasa lelahnya waktu tadi. Sampai suaranya baru bisa keluar. "Windi!"

➷➷➷

     Hembusan nafas terdengar. Ia tak ingin berbelit dengan urusan masa lalu. Jika masa lalu itu memang menyenangkan baginya. Apa salahnya jika membuat hal yang lebih menyenangkan di hari ini dan esok. Ia tahu, kecelakaan setahun yang lalu membuat ingatannya hilang. Tapi sekarang ia sudah perlahan mulai menyimpannya lagi. Dari keluarganya, sahabatnya, teman di sekolah. Apa yang dirinya lakukan setiap hari sudah terekam jelas. Lalu untuk apa memaksakan diri untuk mengingat suatu hal lagi.

Di sekelilingnya ini adalah barang pribadinya. Sebelah kanannya meja belajar, di atas meja belajar ada buku pelajaran serta buku novel yang tertata rapi. Kemudian di sebelah kiri ada televisi yang menempel di dinding, di bawahnya ada meja sebagai tempat VCD serta koleksi kaset lagu-lagu barat. Di atas televisi pula ada benda bulat menunjukkan waktu bila sekarang sudah malam. Sementara dirinya masih berbaring di atas ranjang dengan mata terbuka menatap langit-langit.

Ini entah sudah ke berapa kalinya ia memimpikan sosok lelaki yang tinggi, berdada bidang, serta bentuk bodynya yang cool. Andai saja lelaki itu dapat dirinya lihat dengan jelas, kemungkinan besar dia sangat tampan. Alin pikir, mungkin dia adalah orang yang belum sempat Alin ingat. Banyak yang bilang bila dirinya memiliki sahabat yang sangat akrab dengannya. Sampai ada yang bilang bila cowok itu tidak sekadar memiliki hubungan persahabatan, melainkan suatu hubungan yang akan ke jalan serius.

Meski dirinya memaksa untuk mengingat siapa lelaki yang menjadi sahabatnya itu. Tetap saja kepalanya berakhir pening. Dan yah, anak kelas IPS itu. Siapa namanya? Sefi. Dia terus menanyainya dengan menyebut kata 'di mana Gendra?'. Kenapa kerap dia mencari Gendra selalu bertanya padanya? Seolah dirinya sudah menghafal semua anak di SMA 5. Mungkin cewek itu belum tahu jika dirinya lupa ingatan. Sampai sekarang pun mungkin dia belum tahu, karna setiap kerjaannya selalu menayakan hal yang sama. Sampai-sampai dirinya muak dengan semua kata itu. Tidak bisakah dia tenang dan mencari sendiri cowok itu.

•FLASHBACK• (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang