➹ 37. Penyakit Dalam ➹

112 11 0
                                    

Di saat keseruan ada, kenapa harus ada orang ketiga

»»————><————««

     Alin turun dari kamar Balqis dengan pakaian bebas, yaitu celana jeans 10 cm di atas lutut serta kaos putih bergambar kucing yang melebihi pinggangnya. Mencari pemilik rumah besar ini. Sampai di dasar Alin mencium bau sedap, lantas ia mengikuti aroma itu dan sampai membawanya ke dapur. Mengetahui siapa yang memasak Alin menghampirinya, berdiri di depan Gendra yang tampak asyik memasak nasi goreng di kuali.

"Wangi banget," puji Alin berkali-kali menghirup aroma sedap itu.

"Bantuin gue dong, lo bikin telurnya," perintah Gendra yang masih tetap lihai dalam memegang alat penggorengan.

"Oke," sanggup Alin, masalah membuat telur mah kecil baginya, dia berjalan memutari batner dan berdiri di sebelah Gendra. Menelusuri sekitar, setelah matanya menangkap benda yang dirinya tahu adalah teflon. Alin mengambilnya, meletakkan di atas kompor sebelah kuali Gendra, memberinya minyak goreng sedikit lalu menghidupkan kompornya dengan api sedang.

Beralih ke kulkas, Alin mengambil dua telur, kembali menutup kulkasnya. Berjalan sedikit untuk mengambil mangkuk bening kecil dan sendok. Meletakkan semua yang dia bawa ke sebelah kompor. Tangannya hendak memecahkan satu telur, akan tetapi sebuah tangan menangkap pergelangan tangannya. Alin mendongkak.

"Bukan telur dadar, tapi telur mata sapi," beritahu Gendra.

Alin nampak keberatan mendengarnya. Sama sekali tak menjawabnya, setelah tangan Gendra pergi. Alin memecahkan telur langsung di atas teflonnya. Memberi garam sedikit di atasnya, lalu setetes minyak panas mengenai tangannya. Alin langsung menarik tangannya sejauh mungkin. Inilah yang diberatkan oleh Alin, takut terkena peltesan minyak.

Matanya beralih pada Gendra, cowok itu sudah menyelesaikan tugasnya, dia membawa dua piring itu ke meja makan, meninggalkan Alin sendiri. Alin mendengus kesal, dia mengambil sodet kayu yang menurutnya paling panjang. Menggoreng telur mata sapi dengan mengambil jarak jauh hanya karena takut terkena minyak panas.

"Kenapa harus telur mata sapi sih, telur dadar juga enak," gumam Alin mengusap pergelangan tangan kanan yang baru saja terkena minyak panas lagi.

"Lo masak apaan ngambil jarak segitu?" tanya Gendra yang sepertinya kembali lagi.

"Takut kena minyak panas tolol," geram Alin masih tetap dipijakannya.

Karna sudah tak kuasa melihat Alin yang memasaknya terjingkit-jingkit, dia menghampiri. Mengambil sodet yang dia pegang, mendekati kompor untuk melanjutkan memasaknya yang hanya satu telur itu. Gendra segera mengangkatnya, pinggirannya sudah kering karna kelamaan. Dia juga mengambil satu telur lagi, memecahkannya di atas teflon, memberinya sedikit garam di atasnya.

Sambil menunggu dia menoleh ke Alin. "Nih, lanjutin," kata Gendra.

"Nggak lo aja, gue kapok kena minyak panas," tolak Alin masih dipijakannya.

"Licik banget, padahal cuma minyak, cih," decih Gendra kembali pada telur mata sapinya.

"Kalo udah bawa ke meja makan," suruh Alin seperti nona besar seraya berjalan ke meja makan.

•FLASHBACK• (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang