➹ 71. Secuil Ingatan ➹

62 6 0
                                    

Aku yakin secepatnya ingatanku akan pulih

»»————><————««


   Keduanya berhadapan di bandara yang begitu ramai. Tangisan Alin tak dapat ditahan lagi. Hatinya merasa hancur jika lelaki di hadapannya ini harus pergi.

"Gue cuma minta lo harus inget sama gue."

Kemudian satu kecupan mendarat di bibir Alin. Hanya sekilas, tapi mempunyai ribuan arti. Lelaki itu pergi, semakin dia melangkah semakin dia pergi. Alin ingin menahannya. Tapi kakinya tidak mau bergerak.

"Gendra gue mohon jangan pergi ...!"

Terlambat. Semua sudah hilang. Sirna tak berbekas. Hanya ada kabut putih yang menyelimuti.

"Gendra ...!" teriak Alin membuka matanya. Menatap langsung plafon jamar. Air sebiji jagung menghiasi dahi dan seluruh wajahnya.

"Ada apa?" tanya Gendra yang juga terbangun setelah mendengar jeritan namanya. Gendra berdiri dari kursi dan duduk di pinggiran ranjang. "Kenapa?"

Alin mendudukkan tubuhnya. Ia langsung berhambur pelukan ke Gendra. Ada secuil ingatan yang dirinya ingat. Tapi tidak pasti itu benar atau tidak. "Apa lo pernah ninggalin gue di bandara?"

Gendra membalas pelukannya. Mengangguk pelan. "Iya."

"Kapan tepatnya?" tanya Alin lagi.

"Satu tahun yang lalu, saat gue mau ke Australia."

Alin melonggarkan pelukannya. Menatap Gendra dari jarak dekat. "Lo janji 'kan untuk buat gue inget lagi?"

"Iya. Gue bakal berusaha buat lo ingat lagi. Tapi sekarang lo istirahat dulu."

Alin menahan Gendra untuk menidurkannya. "Apa lagi? Butuh sesuatu?" tanya Gendra.

Alin menggeleng. "Ada satu hal yang belum lo lakuin saat gue ngelupain lo."

Kernyitan Gendra terlihat. Ia rasa tidak ada hal semacam itu. "Apa?"

Alin berdiri dengan lututnya dia hadapan Gendra. Mungkin ketika ia melakukan itu semua ingatannya akan kembali. Sepuluh jarinya masuk ke sela-sela rambut Gendra. Menatap lelaki itu lekat. Alin perlahan mendekat. Harapan Alin saat ini bisa mengingat semua tentang Gendra lagi. Kedua matanya terpejam ketika merasakan rasa hangat menjalar di tubuhnya ketika bibirnya menyatu dengan Gendra. Ternyata kehangatan ini yang selama ini Alin cari. Dan Gendra melingkarkan tangannya di pinggang cewek itu. Mendadak Alin merasakan pusing yang teramat di kepalanya. Bukan hanya bumi yang berputar. Tapi memorinya juga.

Dirinya seakan tersedot ke masa lalu. Alin dapat melihat suatu kejadian. Yang di mana Gendra selalu ada di sisinya. Dari dirinya kecil, remaja, hingga beranjak dewasa sekarang. Air mata Alin mengalir ketika ia mengingat betul kejadiannya setelah mengantarkan Gendra ke bandara. Dirinya mengalami kecelakaan karena sopir taxi yang di tumpanginya mengantuk. Sehingga berhenti di tengah jalan kemudian tertabrak truk tersebut.

Jari-jari Alin menggenggam erat rambut Gendra. Sakit di kepalanya semakin mengganas saja. Dia ingat semua tentang hidupnya. Tapi ia harus merasakan sakit yang luar biasa di kepalanya untuk kembali mengingat semua itu. Seakan kepalanya benar-benar terhantam bebatuan besar. Alin menunduk, melepaskan ciumannya dengan kedua tangan berada di bahu Gendra. Dia tak tahan dengan rasa sakitnya. Hingga secara perlahan genggaman Alin mengendur. Tubuhnya langsung ambruk ke tubuh Gendra.

"Windi?" Gendra menoleh ke Alin. Dia sudah tak sadarkan diri.  Kemungkinan dia hanya kelelahan dan tubuhnya tidak se-vit biasanya karna kejadian pagi tadi. Perlahan Gendra merebahkan kembali Alin ke ranjangnya. Menyelimutinya hingga batas leher.

•FLASHBACK• (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang