Di saat keberuntungan memihak kita dan kita lupa siapa orang di sebelah kita yang mau membagi kebahagiannya
»»————><————««
Pagi menjelang. Suara burung dan sinar matahari datang beriringan. Membangunkan makhluk hidup di belahan bumi. Lewat celah berlubang silauan itu masuk menembus mata mereka.
Gendra merasakan hal aneh, jika memang ini gulingnya, kenapa rasanya panjang sekali. Tangannya juga merasakan kasar dan halus sekaligus panjang. Apa mungkin dirinya tidur dengan hantu? Deruan nafas hangat juga ia rasakan di lehernya. Dan menambah kadar ketakutannya.
Alin menggeliat karena sesak, tapi saat mendorong sesuatu di depannya, ia merasakan sesuatu. Tak mungkin bukan dirinya tidur di sebelah tembok.
"Ihh ...," racau Alin menggeliat lagi.
Mendengar hal itu membuat Gendra membuka matanya, begitu juga Alin. Alin mendongkak dulu lalu ....
"Aaaaaaargh." Kontan keduanya mendudukkan diri. Alin langsung mengangkat selimutnya hingga batas leher.
"Kenapa lo ada di sini?" tanya Gendra tidak bisa mengontrol keterkejutannya.
"Mana gue tahu." Alin juga tidak tahu mengapa dirinya bisa tidur bersama cowok itu.
Suara pintu terbuka begitu saja membuat sejoli ini semakin terkejut. "Astaga Gendra, kamu ngapain, hah?" kata Papa Gendra kaget karena teriakan dua anak muda itu.
Gendra mengangkat kedua tangannya. "Gendra nggak ngapa-ngapain Pa, sumpah," akunya.
"Terus, kenapa Windi ada di sebelah kamu?" tanya Mama Gendra mengintrogasi.
"Nggak tahu."
"Kalian berdua ini ada-ada aja, pagi-pagi sudah teriak seenaknya. Yuk Ma, jangan ganggu mereka," kata Papa Gendra kembali menutup pintu putra mereka, sementara Mama Gendra menatap menggoda ke keduanya.
Alin menunduk sejak tadi, dia masih syok dengan kejadian ini. Kenapa juga dirinya harus tertidur di rumah orang, kamar cowok lagi.
"Lo nggak ngapa-ngapain gue 'kan?" kata Alin memastikan bila dirinya masih suci.
Gendra menatap Alin dari samping.
"Jangan aneh-aneh deh, gue juga nggak tahu semalam itu gimana. Lo juga, pake jatuh segala.""Lo pikir gue mau, hah? Ini juga di luar dugaan." Dengan sikap kaku Alin langsung bangkit menuju kamar mandi.
Sementara Gendra kembali merebahkan tubuhnya. Mencoba menenangkan pikirannya yang sempat kacau. Dirinya juga tidak tahu apa yang semalam dirinya lakukan, tapi semoga saja mereka terhindar dari hal aneh. Karna Gendra tak mau menanggungnya.
"Pinjemin gue baju dong," kata Alin tiba-tiba di depan Gendra.
Dengan terpaksa Gendra membuka matanya. "Ke kamar Balqis aja, pinjem baju dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
•FLASHBACK• (TAMAT)
Teen FictionBelum direvisi dan belum dilanjut. Maklum kalau acak-acakan. Dia adalah semangatku, inspirasiku, penyanggaku sejak dulu. Kesalahan di masa lalu terdengar biasa, lalu kenapa dia memperbesarnya dan menyimpannya hingga kini? Membuatku semakin merasa be...