Melihat senyummu saja sudah membuatku meluluh. Lalu bagaimana jika kamu mendekatiku
»»————><————««
Alin menahan senyumnya. Yang seharusnya besok pulang, malah diundur hanya ingin menikmati kepulauan ini. Jadi keinginannya untuk menjelajahi akan terwujud besok. Alin tak akan menyia-nyiakan besok, hari ini dia harus istirahat untuk mengumpulkan enegi guna besok.
Drrt drrt drrt
Alin yang duduk di tepi ranjang langsung mencomot ponsel di sebelahnya. Melihat siapa yang meneleponnya malam-malam seperti ini.
Bunda, batin Alin tak menyangka. Biasanya jika dirinya pergi jauh, tak pernah sekalipun orang tuanya menghubungi ia dulu. Dan sekarang Bundanya yang menghubunginya. Segera Alin mengangkat dan menempelkan ponselnya di daun telinga.
"Halo," sapa Alin, senyum di bibirnya masih belum ia padamkan.
"Halo, kamu ngapain sekarang, Win?" tanya bunda di seberang sana.
"Mau tidur Bun. Bunda mau apa? Besok Windi mulai jalan-jalan dan siapa tahu Bunda mau oleh-oleh," tawarnya, sangat antusias.
"Kalo bisa baju ya? Bunda pengen baju ala Singapore banget. Jangan lupa juga oleh-oleh buat adik kamu."
"Siap Bun, apa pun kemauan Bunda. Windi bisa turutin semua."
"Oh ya, lomba kamu tadi gimana?"
Inilah yang ditunggu Alin, sekarang dirinya tak sabar ingin bertemu Bundanya. Memeluknya dan berkata, "Windi menang Bun, juara dua," pekiknya tertahan, karna Alin tahu di mana keberadaannya sekarang.
"Hebat ... kamu memang bisa diandalin. Kapan-kapan Bunda ajak ke mall ya?"
"Serius?! Berdua 'kan?" Alin suka ketika diajak ke mall hanya berdua bersama Bundanya. Ia bisa meminta apa pun tanpa batasan, pernah juga dirinya diajak dari pagi hingga malam. Jika merasa lelah barulah pulang, dan itu pun hanya berdua, sementara adik-adiknya hanya diberi oleh-oleh. Kejadian itu juga sudah dua tahun yang lalu, tapi Alin begitu jelas merekam bagaimana kebahagiaannya waktu itu.
"Yap, Bunda pengen ke toko buku juga."
"Oke Bun, tunggu Windi sampai sana ya? Windi juga ada sasaran buku yang mau aku beli."
"Ya udah, sekarang kamu istirahat. Pulangnya besok kan? Diantar Gendra?"
KAMU SEDANG MEMBACA
•FLASHBACK• (TAMAT)
Teen FictionBelum direvisi dan belum dilanjut. Maklum kalau acak-acakan. Dia adalah semangatku, inspirasiku, penyanggaku sejak dulu. Kesalahan di masa lalu terdengar biasa, lalu kenapa dia memperbesarnya dan menyimpannya hingga kini? Membuatku semakin merasa be...