Lebih suka melihatmu cemberut manis daripada mengingat keceriaanmu bersama orang lain.
»»----><----««
Gendra membuka mulutnya sedikit, ia menganga terkejut karena dirinya akan ikut ke Singapore menemani Alin beberapa hari lagi. Dirinya juga tak percaya bisa terpilih, tapi dalam lubuk hatinya ia senang bukan main.
"Kok saya Bu?" tanya Gendra untuk lebih memastikan saja.
"Gini Gen, kamu di sana bukan hanya menemani Alin. Tapi juga ikut olimpiade, Ibu pilih kamu untuk mewakili negara kita dalam lomba Matematika. Ibu lihat nilai kamu bagus dalam bidang ini, jadi tidak masalah bukan jika Ibu memberikan tanggungan ini ke kamu? Sekalian untuk menemani Alin," jelas Bu Wirli, wanita beranak satu itu memasang senyum memohon. Lalu bagaimana Gendra bisa menolak, meski dirinya mau.
"Ya sudah Bu, saya mau."
"Gitu dong." Bu Wirli mengambil amplop putih di atas tumpukan buku, memberikannya pada Gendra.
"Ini, minta tanda tangan orang tua kamu biar tambah klop. Eh! Alin sudah masuk belum?"
Gendra menerimanya. "Belum Bu, badannya masih panas, mungkin besok dia masuk."
"Nanti sore Alin bisa diajak kerja kelompok ke rumah Ibu? Cuma sebentar kok"
Gendra diam sebentar kemudian menjawab, "Mungkin bisa Bu, biar saya nanti yang antar Windi."
"Windi?"
"Maksudnya Alin Bu. Oh ya, jam berapa? Bisa kirim alamat rumah Ibu?" jawab Gendra langsung mengalihkan topik, dirinya lupa bila di sekolah ini tidak ada yang menyebut Alin sebagai Windi. Mungkin itu bisa jadi panggilan khusus menurut Gendra.
Bu Wirli mengambil ponsel di atas meja, menyerahkan pada Gendra setelah pola ponselnya terbuka. "Ini, masukkan nomor HP kamu."
Gendra mengambilnya dengan sopan, memasukkan nomor dirinya lalu disimpan.
"Kamu juga bawa buku Matematika, Gen. Ibu kan ngajar IPA sama Matematika, jadi ibu bimbing kalian bersama nanti," beritahu Bu Wirli kemudian menerima ponselnya kembali.
"Iya Bu."
"Ya sudah, kamu masuk kelas sana," suruhnya.
Gendra menyalami gurunya sebelum meninggalkan ruang guru.
Ia tersenyum samar menuju ruang kelasnya. Dalam benak ia berpikir bila selama seminggu ini. Dirinya full bersama Alin hampir 24 jam. Gue jadi inget gimana lo dulu bahagia banget dapet kesempatan deket sama gue. Dan sekarang gue yang ngerasain itu, batin Gendra.
Flashback
Windi menjulurkan sebuah kotak kecil di hadapan Gendra dengan senyum malunya. "Jangan lihat luarnya, tapi kalo rusak langsung benerin ya, biar kamu inget sama aku terus. Selamat ulang tahun Gendra."
KAMU SEDANG MEMBACA
•FLASHBACK• (TAMAT)
Teen FictionBelum direvisi dan belum dilanjut. Maklum kalau acak-acakan. Dia adalah semangatku, inspirasiku, penyanggaku sejak dulu. Kesalahan di masa lalu terdengar biasa, lalu kenapa dia memperbesarnya dan menyimpannya hingga kini? Membuatku semakin merasa be...