➹ 51. Hilang ➹

89 6 0
                                    

Hati yang teringat waktu kan menelan

»»————><————««

     Rembulan di atas kepala bersama dayang-dayang bersinarnya. Menyinari gedung putih yang setiap saat selalu ramai pengunjung, terutama di pekatnya malam. Suara derekan roda empat di brankar yang membawa korban di sepanjang koridor berderu bersamaan dengan langkah kaki para perawat serta keluarga yang mengiringi.

Tante Wahyu selaku Bundanya yang sudah melahirkan putri pertamanya, merawatnya, dan mendidiknya hingga sekarang. Tak kuasa untuk tidak menggenggam tangan putrinya dengan isakan tangis yang terus meledak. Tak kuasa melihat keadaan putrinya yang sudah berlumur cairan kental merah di sekujur tubuhnya. Terutama di bagian kepalanya. "Windi ... bangun Sayang ...."

Kemudian dicegah oleh suster yang bertugas tepat di depan ruangan UGD. Bahu Bunda Alin ditahan oleh Ayah Alin untuk tidak bersih keras untuk masuk. Lalu cepat-cepat suster berseragam putih dengan topi kecil khas rumah sakit di atas kepalanya masuk untuk memberi bantuan pada dokter di dalam.

Hanya ada isakan tangis yang membungkus malam saat ini. Bunda menangis tak henti di dekapan suaminya. Dirinya merasa bersalah karna mengizinkan putri sulungnya keluar di malam hari. Dan mulai saat ini, dalam hati Bunda berjanji untuk tidak seenaknya mengizinkan putrinya keluar. Terutama di malam pekat ini. "Windi ... Ayah ... Bunda nggak bisa maafin diri sendiri karna sudah mengizinkannya keluar ... Bunda yang salah Ayah ...."

Tangan ayah berjalan di untaian rambut istrinya, berusaha terlihat tegar meski hatinya begitu rapuh mengetahui keadaan pitrinya saat ini. "Sudah Bun, Windi pasti sembuh. Bunda berdo'a aja sama Allah. Agar diberi kemudahan dan keselamatan untuk putri kita."

Lalu di dalam ruangan yang dipenuhi alat medis serta selang di mana-mana. Suara monitor EKG berbunyi nyaring yang menentukan detak jantung sang pasien. Membuat jantung orang yang bertugas ikut berpacu lebih cepat. Takut-takut usaha mereka akan gagal di akhir dalam mempertahankan nyawa si pasien.

➷➷➷

     "Dikabarkan berita terkini. Kecelakaan di perempatan lampu merah jalan Anggur. Kecelakaan terjadi di karenakan sopir taxi yang mengantuk berhenti di tengah jalan dan tertabrak truk bermuatan berat dari arah Barat. Kecelakaan tersebut terjadi pada pukul dua belas lebih sepuluh menit malam waktu Indonesia Barat. Untuk penumpang yang telah ditemukan identitasnya kini telah dirawat di rumah sakit dan mengalami masa kritis. Dan bagi sopir taxi sudah dinyatakan tewas, tepatnya pagi ini akan segera dimakamkan ...."

Sebuah siaran dari semua saluran televisi menyiarkan kejadian semalam. Sampai terdengar di telinga Citra, Rilo, Aldi, Inder, dan Dean yang kebetulan ada di rumah sepupunya. Mata mereka sama-sama teralih ke saluran televisi yang mereka lihat. Ketika berita tersebut menyebutkan ciri-ciri penumpang dan sopir. Lalu di tambah dalam sekali penyebutan nama keduanya. Membuat mereka yakin seyakinnya bila korban tersebut adalah orang terdekat mereka.

"Mama berhenti," sergah Citra menahan tangan Mamanya untuk tidak mengganti channel TVnya. Mata Citra meneliti betul berita itu, setelah dapat apa yang dirinya cari mengenai tempat perawatan Alin berada. Tangan kanannya langsung terangkat, sedikit berlari ke dalam kamarnya.

Mengambil tas selempang yang berisikan dompet dan ponselnya. Kembali ke ruang keluarga, menyambar tangan Mamanya. "Citra pamit Ma, ada urusan penting."

•FLASHBACK• (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang