Mungkin hanya aku yang bertahan setiap kali kau menyakiti
»»————><————««
Bulan kembali muncul, seorang gadis menatapnya dari bawah. Membawa perasaan yang semakin gusar. Jika ditanya kenapa? Pastilah jawabannya kejadian tadi. Alin sudah melakukan banyak hal untuk menyelimurkan perasaannya. Seperti bernyanyi di kamar mandi, membantu Bunda, mengajari Adiknya mengerjakan pr, membaca novel kesukaannya. Tapi itu semua hanya untuk menghilangkannya sesaat.
Lalu segulir air kembali mengalir ke pipinya, jatuh tepat di gelang hitamnya yang menyimbolkan persahabatan mereka. Alin kembali menyekanya, entah sudah ke berapa kali air itu mengalir.
Alin berdiri, menghempaskan tubuhnya di atas ranjang dalam keadaan tengkurap. Ia harap malam ini bisa melupakan semua kejadian tadi. Meskipun Alin terlelap dengan cepat, tapi air matanya tetap mengalir merebas ke bantal.
➷➷➷
"Windi bangun!!" teriak Gendra langsung menarik selimut yang dikenakan cewek itu.
Alin menggeliat pelan, mata kecilnya bergerak terbuka. Padahal semalam ia habis berharap akan melupakan kejadian kemarin, tapi kembali teringat kala melihat cowok itu. Alin berusaha bersikap biasa, ia bangun dengan mengucek matanya.
"Sejak kapan lo ada di sini?" tanya Alin dengan suara khas bangun tidurnya.
"Barusan, sana cepet mandi, mau telat lo?"
"Iya iya." Dengan malas Alin beranjak dari tempat tidurnya ke kamar mandi.
Gendra tak sengaja menoleh ke bantal Alin yang kentara membekas pulau air di sana. Gendra berpikir sejenak, sejak kapan Alin tidur dengan air liur menetes? Membayangkannya saja dia hampir tergelak tawa. Lantas Gendra keluar dari kamar Alin, menunggu cewek itu di tempat biasa, yaitu sofa dengan ditemani ponsel.
Berselang beberapa menit Alin sudah berdiri di depan Gendra dengan membenarkan dasinya. "Ayo," ajak Alin menyadarkan cowok itu dari permainannya.
"Yok dah." Gendra memimpin jalan, Alin yang ada di belakangnya menatap punggung Gendra. Dalam pikirannya, apakah Gendra tak keberatan jika melakukan itu dengan cewek yang sepertinya Alin kenal dengan suaranya kemarin. Tapi setelah berpikir, ia tak berhasil menemukan sosok cewek itu.
"Gen, lo udah punya pacar belum?" tanya iseng Alin.
"Belum lah, kan gue udah bilang sebelumnya, kalo gue nggak niat cari cewek," jawab Gendra dalam tatapan menatap jalan.
Alin diam. Terus kemarin siapa?
"Kenapa tiba-tiba tanya itu?" penasaran Gendra melirik Alin sekilas.
"Nggak papa, pengen tahu aja," balas Alin asal.
"Dasar pelupa," cibir Gendra diakhiri kekehan kecil.
Sampai di parkiran area sekolah, Alin tak kunjung berkutik, matanya terus menatap depan. Gendra menyadarinya, lantas ia menegur Alin yang tak berkutik. "Lo nggak mau turun?"
KAMU SEDANG MEMBACA
•FLASHBACK• (TAMAT)
Dla nastolatkówBelum direvisi dan belum dilanjut. Maklum kalau acak-acakan. Dia adalah semangatku, inspirasiku, penyanggaku sejak dulu. Kesalahan di masa lalu terdengar biasa, lalu kenapa dia memperbesarnya dan menyimpannya hingga kini? Membuatku semakin merasa be...