➹ 79. Penculikan ➹

81 8 0
                                    

Cara ini adalah cara seorang pengecut

»»————><————««

     Tubuh Alin bergerak pelan. Lalu membuka matanya. Alin tidak ingat apa pun. Rasa pusing itu sudah hilang. Lantas, ini di mana? Kedua mata Alin menyapu ruangan ini. Ah iya, ia ingat. Ini adalah kamarnya. Dia kembali mengubah posisi. Tapi terasa berat. Ia menoleh ke samping. Tatapan Alin berubah sengit. Apa semalaman dirinya tidur dengan cowok itu? Lagi.

Ia mendengus pasrah. Perlahan mengangkat tangan Gendra dari atas perutnya. Bukannya terlepas. Tangan itu justru menarik tubuh Alin hingga semakin dekat dengan Gendra.

"Lo kenapa kemarin?" tanya Gendra, rupanya dia sudah bangun. Tapi kedua mata cowok itu masih terpejam.

Kedua tangan Alin yang mengepal tertempel di dada Gendra. Mewaspadai setiap tindakan cowok itu. "Nggak papa," jawabnya.

"Bukan jawaban itu yang gue mau." Ia perlahan membuka mata, menatap mata coklat cewek itu.

"Terus?"

"Ayolah, Win. Lo adalah calon ibu dari anak-anak gue. Setidaknya Belajarlah untuk jujur ke gue," seringai Gendra.

Alin memalingkan wajahnya ke bawah. Mencengkram kaos putih yang dikenakan Gendra. "Gue bener-bener udah ingat semua. Tapi nggak tahu kenapa tiba-tiba ingatan gue di kelas sepuluh terus berputar kayak kaset rusak, dan itu benar-benar buat gue pusing."

Tatapan Alin kembali ia tujukan pada Gendra. "Jangan pernah tinggalin gue lagi, Gen."

Seulas senyum tercetak di bibir Gendra. Tangannya beralih mengelus lembut rambut panjang Alin. "Nggak, nggak akan gue pergi-pergi lagi."

Senyum Alin mengembang. Ia reflek memeluk Gendra erat. "Gue beruntung kenal sama lo, makasih buat semuanya."

Gendra mengangguk. "Gue selalu ada di sisi lo."

Alin mengangguk antusias.

➷➷➷

     "Tempat udah, waktu udah, gue yakin rencana ini pasti sukses. Menahan Alin sampai acara pertunangan itu sangat mudah," racau Flora sendiri. Dia berdiri di sebelah mobil hitamnya. Lokasinya ada di depan rumah Alin.

Rencananya ini sudah matang. Dengan dibantu Sefi, rencana ini pasti sukses. Di sana, terlihat kedua remaja keluar dari rumah. Wajah mereka tampak senang.

"Ya ya ya, nikmatin aja bahagianya sekarang. Tapi lihat aja nanti." Flora masuk ke mobilnya. Mengikuti mobil milik Gendra.

"Sebentar lagi, kalian akan pisah. Dan gue akan dapatkan Gendra." Flora menghentikan laju mobilnya tak jauh dari mobil Gendra.

Mereka berdua menuju taman dekat danau. "Lokasi yang bagus," gumam Flora. Ia meraih ponsel di tas selempangnya. Menghubungi seseorang. "Sekarang lakukan tugas kalian." Lantas sambungan diputus sepihak oleh Flora. Dia cukup diam di dalam mobilnya. Akan saatnya dia pergi nanti.

Di lain sisi, keduanya duduk bersisihan beralaskan rumput rimbun.

"Cuacanya bagus 'kan?" tanya Gendra menatap danau di hadapannya.

•FLASHBACK• (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang