Maafkan aku jika tidak bisa menjaga baik dirimu
[~~~~~~~]
BRAAK!
Dion berhenti di tempat, dia terkejut bukan main melihat hal itu di depan mata. Karna tak mau terlibat lebih lanjut, Dion memilih pergi ke parkiran. Melajukan mobilnya menjauh dari kerumunan manusia.
Sementara orang yang mengendarai mobil itu tak kunjung turun. Dia shock. Apa dia Alin? Batinnya. Inder dengan keberanian besar turun, masuk ke kerumunan itu. Dia berjongkok di belakang cewek itu kemudian membalik bahunya hingga terlentang. Ia menutup mulutnya karna memang benar itu Alin.
"Tanggung jawab dong, Mas," protes salah satu warga di sana.
Inder mendongkak ke asal suara. "Iya, saya akan tanggung jawab. Dia teman saya." Selepas menjawab persoalan itu. Inder dengan gemetar mengangkat tubuh Alin masuk ke mobilnya dengan bantuan warga. Dia sedikit berlari memutari mobil untuk masuk ke kursi kemudi. Setelah mereka menyingkir dan memberinya jalan. Inder melajukan mobilnya dengan masih gemetar.
Dia berkali-kali menoleh ke Alin di sebelahnya. Wajahnya bersimpah darah dan itu karna ulahnya. Inder mengusap wajahnya kasar, berusaha menenangkan hati dan pikirannya. Setibanya di rumah sakit terdekat, Inder kembali membopongnya masuk ke rumah sakit dengan memanggil para pegawai rumah sakit. Ia merebahkan tubuh Alin di atas brankar dan mengikuti ke mana brankar itu berjalan membawa Alin.
Dia dicegah untuk tidak ikut masuk dan harus menunggu di luar oleh dokter. Perasaannya campur aduk, gelisah, bingung, shock. Ah! Inder memukul tembok frustasi, tapi itu hanya membuat tangannya membiru. Inder berjalan mendekati pintu, melihat keadaan cewek itu di dalam sana lewat kaca bening itu. Rasanya tak tega melihat dia harus mengalami kecelakaan seperti ini.
Inder ingin menghubungi keluarganya tapi sama sekali tidak tahu siapa orang tuanya. Inder berusaha berpikir, siapa orang yang bisa dihubungi di jam pagi ini. Jika teman-temannya, mereka pasti tengah sekolah dan dirinya tidak sekolah karna ada berita duka dari neneknya. Saat ini Inder tengah dalam perjalanan menuju rumah neneknya, tapi malah terhambat dengan kejadian ini.
Inder berpikir keras, kontak siapa yang dia punya yang dekat dengan Alin. Atau teman sekelasnya Alin, Inder ingat sesuatu. Citra. Dia ingat ketika Citra menceritakan bila dirinya satu kelas dengan Alin dan pasti dia dekat dengan cowok yang sering Inder temui bersama Alin.
Segera dirinya mengeluarkan ponsel, menghubungi Citra. Dan diangkat.
"Kenapa In?"
"Gawat Cit!" ucapnya masih panik.
"Gawat kenapa?"
"Alin, gue habis nabrak Alin tadi. Dan sekarang dia ada di UGD, lo bisa ngabarin temen cowok yang selalu deket sama Alin nggak? Mungkin dia tau rumahnya atau orang tuanya. Please, bantu gue Cit, lo satu-satunya harapan gue."
"Oke oke, gue paham. Lo tenang aja dulu, Gendra ke sana sebentar lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
•FLASHBACK• (TAMAT)
Teen FictionBelum direvisi dan belum dilanjut. Maklum kalau acak-acakan. Dia adalah semangatku, inspirasiku, penyanggaku sejak dulu. Kesalahan di masa lalu terdengar biasa, lalu kenapa dia memperbesarnya dan menyimpannya hingga kini? Membuatku semakin merasa be...