Time Freeze - Bagian 22

5 4 0
                                    

Peter perlahan-lahan menceritakan hubungannya dengan Stanley yang kini menjadi teman dekatnya, meskipun dulu ia juga tidak menyukai dirinya.

Ia menunjukkan beberapa surat pena yang pernah dikirim CrazyMonsta alias Stanley, termasuk isi email yang dikirimnya saat mereka bertemu hari Sabtu dua minggu lalu. Ia juga mengaku sempat mengundang Stanley ke rumahnya untuk mengobrol karena ia merasa orang tersebut cukup baik untuk dijadikan teman.

Ansel tampak memperhatikan setiap penjelasan yang dilontarkan oleh Peter. Bahkan, ia nyaris tidak bergerak saat pesanan mereka - termasuk salad buah favoritnya - sudah datang diantarkan oleh pelayan. Wajahnya tampak serius, namun tidak terlihat seperti orang yang marah.

"Jadi... Begitulah. Dari sahabat pena, sekarang dia jadi teman di dunia nyata. Sebenarnya gw juga gak nyangka kalau kita bisa cocok menjadi teman sih," ucap Peter sambil mulai menyantap Jumulleok miliknya (daging irisan sapi yang diasinkan khas Korea).

"Oh, jadi begitu aja yang bikin Edwin bikin ngamuk sama lu?" tanya Ansel sambil menyantap Bulgogi.

Peter mendehem singkat sebagai respon atas pertanyaan tersebut. Mereka melanjutkan makan selama beberapa saat tanpa berbicara sepatah katapun, hingga Peter kembali memulai pembicaraan.

"Umm... Tapi, kalau lu gimana? Gw somehow ngerti sih dia ngamuk banget. Edwin sepertinya kaget karena gw seolah-olah gak peduli dengan kematian Reza dengan menjadi temannya Stanley. Padahal, kita semua sama-sama terluka atas kejadian tersebut...."

"Itu hak lu sih untuk berteman dengan siapapun. Gw memang sedikit kaget, tapi dari cerita lu, gw paham kalau Stanley juga 'korban' dari Gisela."

"Thanks ya, Sel."

"Selain itu, jangan lupa," Ansel berhenti sejenak untuk mengunyah makanannya, "Gw, lu, dan Reza menyembunyikan informasi penting dari dia soal hubungan Gisela dan narkoba. Yah... memang akan butuh waktu lama untuk memulihkan kepercayaannya ke kita sih."

"Kalau sama lu, masih saling berkomunikasi gak?"

Ansel fokus mengunyah Bulgogi miliknya sebelum menjawab, "Gak juga. Ada sih sesekali untuk nanya jadwal konsultasi ke dosen buat ambil mata kuliah semester berikutnya. Tapi, gw juga gak pernah ketemu dia lagi sejak di rumah sakit waktu itu...."

Peter terdiam sebentar.

Pikirannya melayang ke beberapa kenangan saat Reza masih hidup. Saat itu, tidak pernah ada satu konflikpun yang membuat mereka terpecah seperti sekarang. Semarah-marahnya Edwin atau Reza saat dijahili, mereka tidak pernah benar-benar dendam dan 'keluar' dari kelompok ini.

Apakah tali persahabatan mereka semua sesungguhnya tidak sekuat itu?

"Betewe, Peter," ucap Ansel yang beralih menyantap salad buah setelah menghabiskan Bulgogi, "Tadi kan lu sempat mention kalau adiknya Stanley koma dan dirawat di rumah sakit. Dia cerita penyebabnya?"

"Iya, dia bilang jatuh dari tempat tinggi. Tapi, dia gak percaya. Setelah kita selidiki bersama, adiknya tuh ternyata pemilik kekuatan super Levitation. Kemungkinan besar, dia jatuh saat meng-cancel kekuatannya. Cuman, gak tahu juga sih kenapa dia bawa gurunya ikut melayang."

"Levitation... Berarti yang Dito bilang waktu itu benar...," gumam Ansel sambil menyantap potongan buah melon.

"Dito?" Peter bertanya spontan saat mendengar gumaman Ansel.

"Iyah, dia mungkin satu-satunya saksi yang melihat adiknya Stanley terbang dari dalam Labirin Hijau."

Ansel menjelaskan tentang Dito dan keterlibatan mereka di acara Labirin Hijau.

Menurut kesaksian Dito, Sherly sepertinya berjalan meninggalkan kursi rodanya menuju gurunya. Ansel tidak tahu apakah kakinya memang bisa berjalan normal atau ada penyebab lain. Selain itu, ia sudah mencoba mengecek CCTV di area tersebut, namun rekamannya selalu rusak pada detik-detik kejadian Sherly melayang dengan Levitation.

"Gw rasa, gak mungkin ada hacker yang menghapus rekaman di detik-detik tersebut. Orang itu harus mengawasi seluruh rekaman di seluruh dunia setiap detik kalau niatnya menghapus jejak digital pengguna kekuatan super," Ansel menyantap potongan salad buah terakhir dari mangkoknya dan lanjut menyantap es krim vanila.

"Ohh... berarti jejak digital juga kemungkinan besar memang di-block sama Korona ya?"

"Korona?" wajah Ansel tampak terkejut, "Lu tahu dia yang melakukannya?"

"Hmm... Baru kemungkinan sih. Gw dan Stanley sempat melakukan eksperimen."

"Eksperimen apa?"

Peter menjelaskan secara ringkas eksperimen yang ia lakukan kepada Gerard bersama Stanley tempo hari.

"Hasilnya, seluruh informasi terkait kekuatan super dari aplikasi Superpower tidak bisa disampaikan ke orang yang tidak punya ataupun melihat kekuatan super dengan mata mereka sendiri. Tapi..."

"Tapi?" tanya Ansel yang menghentikan santapan es krimnya untuk menghalau lalat kecil yang terbang di dekatnya.

"Kecurigaan awal kita sih memang Korona. Tapi, ngapain coba dia kasih pilihan untuk membagikan hasil kekuatan super di aplikasinya kalau dia gak pengen kekuatan super ini diketahui massa. Seolah-olah, ada pihak lain di luar Korona yang ingin menghalangi tersebarnya penampakan kekuatan super untuk suatu tujuan..."

Ansel tampak diam memikirkan pernyataan tersebut. Peter mengambil mangkok es krim Ansel yang disodorkannya dan melahap beberapa sendok es krim.

"Hmm, masuk akal. Seperti ada suatu konspirasi ya di balik fenomena kekuatan super ini. Apa coba tujuan Korona 'bagi-bagi' kekuatan super, lalu siapa dia sebenarnya, dan kenapa ada orang yang bisa dapat kekuatan super dan gak, kayak lu Bro," ujar Ansel sambil menyendok es krim dari jauh.

"Oh itu... Gw juga bingung. Tapi, gw mau kasih lihat sesuatu. Pegang tangan gw," Peter mendadak menyodorkan tangan kirinya ke arah Ansel.

Meskipun bingung, Ansel menurut dan menggenggam telapak tangan Peter.

"Oke, lu mau bilang kalau lu belajar trik sulap atau-"


'TIME FREEZE!'


Seketika itu, suasana riuh gaduh di restoran langsung menghilang dan waktu di seluruh dunia berhenti.

Seluruh orang membeku di tempat mereka. Seekor lalat yang tadi sempat terbang melewati Ansel tampak diam membeku di dekatnya. Bila diperhatikan dengan seksama, percikan air juga tampak berhenti saat pria paruh baya di sebelah tampak tidak sengaja menyenggol gelas berisi soju di mejanya.


[START: 15 Menit Hingga Durasi Time Freeze Berakhir]


Ansel melihat ke sekitarnya, tampak tidak percaya dengan apa yang dialaminya. Peter berdiri dari tempat duduknya dan membantu membenarkan posisi gelas milik si pria paruh baya agar isinya tidak tumpah saat waktu kembali berjalan.

"Peter? Ini lu yang ngelakuin? Kekuatan Time Freeze lu akhirnya aktif?" tanyanya dengan wajah kaget.

Peter menganggukkan kepalanya sambil menjawab, "Iyap. Akhirnya gw punya kekuatan untuk melindungi kita dari ancaman bahaya apapun yang mungkin menimpa lu maupun teman-teman dekat gw."


***

Superpower - Your Life Is The PriceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang