"UHUK UHUK!!" Ansel tersedak potongan buah semangka yang sedang ia makan saat mendengar cerita Reza tentang Gisela.
"Kaget kan? Gw juga sih," ujar Reza sambil menyodorkan segelas air kepada Ansel.
Setelah batuknya agak mereda, Ansel langsung minum dan terdiam sebentar memandangi mangkok salad buahnya yang sudah habis separuh. Mereka mengobrol di kantin belakang kampus tanpa mengundang Edwin maupun Peter karena 'yang satu terlalu overthinking' dan 'satunya lagi takut gak enak aja', mengutip alasan Reza sebelum mereka mulai berbicara. .
"Gw... bingung harus komentar apa," Ansel mulai berbicara, "Berapa kali dia beli narkoba dari Stanley?"
"Katanya sih hanya sekali saja."
"Jenis?"
"Kokain," ucap Reza sambil menyeruput minuman bubble tea rasa coklat, "Stanley kebetulan menemukan dia yang lagi stres mikirin bisnis bokapnya. Katanya, dia punya 'obat' untuk bantu mengurangi stres tersebut."
"Terus, dia gak curiga gitu kalau obat yang dimaksud itu ilegal?"
"Iya, dia sebenarnya curiga. Cuman...," Reza berhenti berbicara sebentar untuk kembali menyeruput minumannya, "Cuman, dia pengen tahu aja rasanya kayak apa. Dia cuman beli sekali itu dan gak beli lagi karena malah bikin pusing abis dia pake."
"Ini... gw bingung musti shock karena bisa-bisanya dia kepikiran pengen tahu rasa kokain, atau karena Stanley ternyata nerusin bisnis bonyoknya untuk ngejualin narkoba. Kita punya pengedar narkoba di kalangan mahasiswa...," Ansel berujar sambil melanjutkan memakan potongan buah nangka, "Tapi bentar. Emang si Gisela sestres apa sampai bisa jadi mangsa empuk dijualin narkoba?"
Reza menjelaskan tentang bisnis katering ayah Gisela sekaligus keterlibatannya di bisnis tersebut sejak awal masa kuliah.
"Terus, waktu itu Gisela sempat disuruh membantu proses mendapatkan klien perusahaan yang tertarik untuk memesan katering mereka dalam jumlah besar. Cuman, dia ada salah ambil keputusan apa gitu, sehingga batal transaksinya."
"Oh, jadi dia merasa bersalah karena kehilangan potensi omset gede ya?"
"Iyah, dan dia jadi down banget karena takut kalau dirinya gak pantas untuk meneruskan bisnis bokapnya."
"... Oke," balas Ansel sambil menyantap potongan melon terakhir di mangkok, "Lalu, dia kesulitan bayar karena...?"
"Bokapnya motong uang saku mingguan dia gara-gara kesalahan tersebut. Buat jadi punishment gitu. Dan, gak mungkin kan dia ngaku ke bokapnya kalau dia ada hutang beli narkoba buat minta uang sakunya dinormalin dulu?"
Ansel tidak langsung membalas. Ia melihat-lihat dulu ke sekitar mereka untuk memastikan ulang bahwa tidak ada mahasiswa yang duduk di dekat mereka.
"Tapi, udah beres kan transaksinya? Kayaknya dia udah gak ditagih-tagih lagi tuh. Atau... Jangan bilang, ini lu diminta buat pinjamin duit ke dia?"
"Oh, gak kok. Dia memang mau diskusi sama gw. Tapi bukan soal duit karena memang udah lunas," balas Reza sambil ikut melirik sepintas ke sekelilingnya, "Cuman, meski dia gak mau beli lagi, sepertinya Stanley masih setengah memaksa untuk menjual narkoba lagi ke dia."
"!!!" Ansel kaget mendengar jawaban tersebut, "Lha, kalau gitu langsung laporin polisi lha. Dia tahu bokap lu kepala polisi?"
"Iya, dia udah tahu. Cuman, gw belum bilang dulu ke bokap. Takutnya Gisela malah ikut ditangkap juga karena transaksi beli narkoba dari dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Superpower - Your Life Is The Price
Mystère / ThrillerPernahkah kamu mendengar kasus pembunuhan yang tidak mungkin dilakukan oleh manusia biasa? Tahun 2021, Indonesia dihebohkan dengan kasus pembunuhan berantai yang tidak biasa. Setiap korbannya selalu ditemukan tewas dengan mengeluarkan darah dari mat...