Time Freeze - Bagian 19

6 4 0
                                    

Saat membuka matanya setelah beristirahat cukup lama, seorang gadis tampak terbangun dan duduk di ranjangnya yang putih tak bercela. Ia mengambil dan mengenakan kacamata bulat miliknya yang ditaruh di meja sebelahnya, kemudian mengecek waktu di ponsel miliknya.


'Jam delapan pagi... Aku tidur hampir sembilan jam...'


Gadis berambut bob pendek tersebut melakukan peregangan singkat sebelum menurunkan kakinya ke lantai dan mengambil posisi berdiri tegak. Ia melihat-lihat kondisi di sekeliling kamarnya yang berdinding abu-abu tersebut.

Selain meja belajar dan lemari pakaian, hanya ada jendela kaca yang tertutup tirai berwarna krem dan pintu dorong menuju kamar mandi. Kamar tersebut benar-benar sederhana, namun cukup membuatnya betah untuk tidur nyenyak setiap hari.


*TOK! TOK!*


Suara pintu diketuk tersebut membuat si gadis menghampiri dan membuka pintu kamarnya.

"Pagi, Nona Gisela. Hari ini tidur kamu sudah nyenyak?" sapa seorang wanita ramping berambut panjang dan berjas hitam.

Wajahnya putih, parasnya ayu, dan bibirnya berwarna merah gelap. Karena tidak memakai kacamata hitam, Gisela dapat melihat bola matanya yang berwarna coklat gelap. Sikap tubuhnya tampak sedikit kaku namun tegap.

"Pagi juga, Elisa. Iya, aku kemarin nyenyak banget. Dua mingguan setelah bebas dari penjara tersebut, aku bisa benar-benar mulai tidur enak berkat kamu dan Mother. Terima kasih ya."

Elisa menyunggingkan sedikit senyum sambil tetap mempertahankan raut mukanya yang serius.

Sebenarnya, Gisela sudah berkali-kali mengatakan kepadanya untuk memasang tampang normal bila tidak ada orang lain maupun Mother. Sayangnya, hal tersebut sudah menjadi kebiasaan Elisa sehingga sulit untuk dilepaskan.

"Nona Elisa, sarapannya sudah disiapkan ya. Hari ini menunya nasi bulgogi dan kimchi."

"Oh, syukurlah ada bulgogi. Untung samaran tempat ini adalah restoran Korea ya. Kapan-kapan, aku boleh berkunjung ke dapurnya gak?" tanya Gisela dengan wajah penasaran.

"Mother belum memberikan ijin kepada Nona untuk melangkah keluar dari markas. Dapur restoran kita dapat dilihat oleh pengunjung dari luar, jadi Nona belum bisa pergi ke sana. Mohon maaf," jawab Elisa sambil menundukkan kepalanya.

Gisela tersenyum kecut sesaat.

"Oke. Gak apa-apa. Kalau begitu, aku cuci muka dan ganti baju dulu ya. Ada lagi yang perlu aku ketahui?" Gisela memegang kenop pintu untuk bersiap menutupnya.

"Oh ya. Nanti siang, Mother ingin menyapa Nona. Pastikan untuk memakai dress biru kesukaannya untuk menjaga suasana hatinya."

"Hm, oke. Thanks infonya, Elisa."

Selesai mendapatkan pemberitahuan tersebut, Gisela menghampiri lemari bajunya dan mengeluarkan gaun terusan berwarna biru gelap. Ia mengangkat gaun tersebut dan meletakkannya di depan tubuhnya, kemudian melangkah kecil ke depan cermin yang berada di atas meja.

Ia mengagumi pantulan dirinya di cermin tersebut.

'Hmm... Mother tahu aja kalau ini memang salah satu dress favorit aku yang dulu dikasih papa. Hihi...'


***


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Superpower - Your Life Is The PriceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang