Invincibility - Bagian 19

4 2 0
                                    

Hari Minggu sore ini, Rumah Sakit Masilo kebetulan tidak begitu dipadati oleh pengunjung. Kemungkinan besar, hujan deras membuat sebagian orang membatalkan janji mengunjungi teman dan kerabatnya karena mereka malas bepergian.

Seperti biasa, Stanley mampir untuk memeriksa kondisi adiknya, Sherly, yang masih terbaring koma di salah satu kamar rawat inap rumah sakit. Ia datang membawakan makanan untuk ayahnya yang berjaga sejak siang hari.

"Ini Pa, istirahat dulu ya," ucap Stanley sambil memberikan nasi ayam boks yang sudah dibuka kepada pria berambut tipis tersebut.

"Iya, makasih ya Stan. Papa makan di dekat meja aja," jawabnya sambil berpindah ke kursi tunggu di dekat meja.

Stanley duduk di kursi yang ditempati oleh ayahnya sebelumnya sambil membuka ponsel. Ia sendiri sudah mengisi perutnya sebelum datang ke sini sehingga ia tidak makan apapun.


*RRIINGGG!*


Ponsel Stanley membunyikan nada panggilan masuk dari Evan dengan penggalan lagu I See Love yang dibawakan oleh Jonas Blue dan Joe Jonas. Meskipun lagu lama, ia masih senang mendengarnya karena Jonas Blue maupun Jonas Brothers adalah salah satu musisi favoritnya. Selain itu, Motel Transylvania 3 yang mengusung lagu tersebut juga merupakan salah satu film animasi favoritnya sepanjang masa.

"Halo?"

"Stan, lagi sibuk gak?" suara cempreng Evan menggema dengan keras, "Gw pengen nanya soal pemakaian adjective clause nih. Ada yang gw bingung."

"Hmm," Stanley menggosok kupingnya sambil melirik ke arah adik dan ayahnya, "Iya... Gw agak sibuk sih..."

Sejak membantu tugas esainya, Stanley mulai sering 'diganggu' oleh Evan terkait pelajaran Bahasa Inggris. Ia berdalih bahwa gangguan tersebut adalah bentuk ujian agar ia menerima Stanley di keluarganya.

"Mmm, lima menit aja kok. Lu ada waktu kapan untuk gw telepon lagi?"

"Paling malaman sih. Oke tak?"

"Oke! Tapi awas ya kalau lu minggat. Gw laporin ke si koko kalau lu orangnya tidak peduli dengan orang yang sedang kesusahan."

"Ya...," Satria tersenyum tipis sambil menggulingkan mata, "Lu kan sebenarnya bisa gugling atau pakai situs semacam Otakly kalau bingung menjawab tugas sekolah."

"Iya, tapi gw gak puas kalau gak diskusi. Jarang banget gw nemu yang penjelasannya lengkap. Lu tipe yang bisa ngejelasin dengan detil, jadi gw prefer nanya sama lu."

Stanley menghela nafas pendek sambil tersenyum tipis.

"Oke, Tuan Galak. Tapi, gw expect ada sesuatu yang bisa lu kasih sebagai ganti gw udah ngeluangin waktu buat lu ya."

"Fine! Gimana kalau... Gw kasih pinjam set seri Reply yang belum lu tonton?"

"Itu sih, gw tinggal cari bajakannya aj-"

"NO! NO! Jangan nonton bajakan! Lu harus hargai kreator filmnya donk!"

Stanley nyaris mengelus dada karena diteriaki oleh Evan.

Entah mengapa, ia bisa membayangkan wajahnya yang melotot dan posenya melipat tangan sambil memaki-maki dirinya. Wajah sok galak yang tidak terlihat galak baginya.


'Ini anak makan apa sih. Gak tenaga fisik, gak tenaga suara, kenceng amat. Haha'


Superpower - Your Life Is The PriceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang