Teleportation - Bagian 11

3 2 0
                                    

"Oke, nanti kumpulkan semua presentasi dalam bentuk PDF. Link folder-nya akan ibu kasih ke ketua kelas," ucap Ibu Nana menutup sesi kuliahnya sore ini sambil beranjak pergi keluar dari ruang kuliah, "Yang telat mengumpulkan akan ibu potong nilainya 25 poin!"

Para mahasiswa mengiyakan sambil membereskan perlengkapan mereka.

Sebagian besar mahasiswa menampakkan wajah lega karena berhasil selamat mengikuti kelas dosen yang dikenal luas sebagai dosen killer tersebut. Satu-dua orang mahasiswa bahkan langsung berlari keluar kelas begitu Ibu Nana keluar melewati pintu.

"Gw kok mendadak de javu ya?" celetuk Ansel sambil memasukkan buku catatannya ke dalam tas punggung hitamnya.

"Mungkin karena semester lalu lu dapat sama dia juga kelasnya?" jawab Stanley membereskan peralatan tulisnya.

"Iya, mungkin kali ya," Ansel mengecek ponselnya, "Si tsundere sudah di kantin. Yuk, cabut ke sana."

"Tsun... Oh, si Edwin. Oke, sebentar yah gw mau serahin dulu tugas tambahan ke Pak Didit. Lu duluan aja."

Stanley pamit dan bergegas keluar dari ruangan kelas sambil menggotong tas punggungnya yang berwarna hijau gelap. Sementara itu, Ansel menghela nafas dalam sambil lanjut memasukkan buku pengantar Hukum Tata Pemerintahan ke dalam tasnya.


'Tuh anak, kayaknya masih agak canggung yah. Padahal bisa barengan.'


Ansel memandang sekilas ke arah Stanley yang sudah berjalan keluar dari ruangan, kemudian menutup ritsleting tasnya.

Saat beranjak untuk pergi dari tempat duduknya, dua orang mahasiswi tiba-tiba memanggil dan menghampirinya. Mereka sempat melirik satu sama lain sebelum mulai berbicara kepada Ansel, seolah saling mempersilahkan untuk bicara lebih dahulu.

"Emm... Sel. Kok lu belakangan jadi barengan sama Stanley sih?"

"Iyah Sel, kalian bukannya musuhan yah? Dulu kan katanya dia dan kelompok lu berantem hebat kan?"

Ansel diam sejenak memandangi kedua perempuan yang bahkan tidak ia kenala tersebut.

"Oh. Yah, cowok kan konon bisa jadi teman setelah saling berantem ya. Gitu aja, sih," balasnya sambil memasang wajah ramah seadanya.

"Tapi... Tapi kan, dia katanya pernah jual diri ya. Kira-kira, dia masih ngelakuinnya gak?"

"Iyah Sel. Kan lu sekarang temenan, jadi pasti tahu donk update-nya gimana."

Ansel kembali diam sebentar.

Ia merasa gerah karena sudah seminggu belakangan ini dihampiri oleh beberapa mahisiswi yang penasaran dengan kejelasan bekas 'pekerjaan sampingan' Stanley. Sepertinya, bocornya foto-foto privat Stanley oleh Gisela setelah kejadian acara K3 di bulan Mei lalu masih membuat banyak orang penasaran hingga sekarang, terutama para cewek.

"Wah, gw kurang tahu pastinya ya. Kenapa kalian gak tanya langsung sama orangnya aja?"

"Yah, jangan donk Sel. Takutnya dia marah kalau kita tanya langsung."

"Iyah Sel. Lagian, kalau dia belum berhenti, mungkin teman gw ini- Eh, maksudnya teman kita ada yang tertarik sih buat ngebantuin dia kasih kerjaan. Orangnya kaya, jadi pasti Stanley sudah gak perlu lagi jual diri. Hihihi."

Mahasiswi tersebut memandang tajam ke arah temannya yang baru saja menendang kakinya. Ansel yakin kalau mereka punya maksud tersembunyi mendekati Stanley.

Superpower - Your Life Is The PriceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang