Levitation - Bagian 09

7 4 0
                                    

"Tadi, saya bilang apa yah? Sori, kepala saya mendadak sakit banget," ucap si pemuda berpipi tembem sambil meraba kepalanya.

Sherly dan Friska saling berpandangan sebentar sebelum salah satunya mulai berbicara.

"Tadi... Kakak lagi mau ngasih tahu soal teman kakak yang katanya dapat kekuatan super dari aplikasi Superpower," kata Sherly sambil menyodorkan layar ponsel miliknya.

Aplikasi tersebut masih baru diunduh oleh Sherly, sehingga baru berisi profil singkat dirinya. Belum ada tampilan kekuatan super yang disematkan di bawah profilnya.

"Oh ya. Tadi saya mau bilang kalau teman saya dapat kekuatan Psycho-"


*ZAPPP!!*


Bunyi sambaran kilat tersebut kembali terdengar, dan lagi-lagi si pemuda berpipi tembem meringis kesakitan sambil memegang kepalanya.

"Kak? Mau ke dokter aja gitu? Kok dari tadi tiba-tiba kayak sakit kepala melulu?" tanya Friska kepada si pemuda.

"Emm... Gak apa-apa, sudah gak sakit lagi sih," jawab si pemuda tembem. Ia tampak diam memikirkan sesuatu dan memang sudah tidak terlihat kesakitan lagi.

"Kayaknya tiap kakak mau nyebut soal teman kakak itu, langsung ada bunyi kayak petir kecil gitu," celetuk Sherly.

"Umm... Sepertinya memang ada sesuatu yang... menghalangi saya untuk menceritakan tentang aplikasi ini lebih jauh ya. Sekarang, kalian terbayang kenapa gak pernah ada yang nge-post soal bukti nyata kekuatan super dari aplikasi ini?"

"Ya... aku kurang paham sih kak. Aku sebenarnya bukan tipe yang percaya hal-hal supernatural sih. Kakak gak lagi akting kan?" tanya Sherly dengan muka polos.

"Mmm... Saya gak jago akting kok. Saya juga gak kenal kalian, jadi gak ada manfaatnya juga berpura-pura di depan kalian."

"Oh kalau gitu kenalin kak. Nama aku Friska. Temen aku ini namanya Sherly. Kalau kakak siapa?" ucap Friska sambil memasang senyum sumringah.

"Eng... Saya Peter. Maaf kalau jadi bikin kalian gak enak," Peter menjabat tangan kedua perempuan tersebut, "Kalau kalian mau iseng nyoba aplikasi tersebut, silahkan saja. Tapi, hati-hati dengan konsekuensinya."

"Emangnya konsekuensi apa kak? Jangan-jangan... nyawa kita taruhannya?" tanya Friska sambil memasang ekspresi panik yang sedikit dilebih-lebihkan.

"Mmm... Bisa dibilang semacam itu sih. Kalau hati-hati, mungkin gak apa-apa. Tapi-"


"Sori gw telat. Tadi ada banyak yang musti diobrolin sama Suster Miriam."


Stanley mendadak muncul dan langsung duduk tanpa melihat siapa yang duduk di sampingnya, "Thanks udah dibeliin mie ya, Fris. Ini jadi berapa?"

"Santai aja Ko. Ini buat terima kasih yang tadi siang. Oh ya Ko, gak apa-apa ya kakak ini numpang duduk bentar," ucap Friska sambil menunjuk ke arah Peter.

"Iya gak apa-"

Sekarang, barulah Stanley melihat orang yang duduk di sampingnya. Keduanya saling berpandangan sebentar. Wajah Stanley terlihat kaget, sedangkan wajah Peter berubah dari biasa saja menjadi panik. Ia langsung melahap satu sendok besar makanannya, kemudian mengambil kaleng soda miliknya dan beranjak berdiri untuk pamit kepada Sherly dan Friska.

Superpower - Your Life Is The PriceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang