"Oke, nanti kumpulkan semua presentasi dalam bentuk PDF. Link folder-nya akan ibu kasih ke ketua kelas," ucap Ibu Nana menutup sesi kuliahnya sore ini sambil beranjak pergi keluar dari ruang kuliah. "Yang telat mengumpulkan akan ibu potong nilainya 30 poin!"
Para mahasiswa jurusan Hukum Universitas Taruna Bangsa tampak bernafas lega begitu sesi mata kuliah Hukum Pidana yang berlangsung 2 jam penuh itu berakhir. Ibu Nana memang dikenal sebagai dosen killer di jurusan ini sampai mahasiswa-mahasiswa senior banyak yang menjulukinya sebagai 'ratu iblis'.
Mayoritas mahasiswa tampak segera membereskan barang dan beranjak keluar kelas, namun masih ada satu orang yang membaca buku Pengantar Hukum Pidana dengan semangat 45.
"Woy Reza, lu semangat banget napa baca bukunya? Yang lain udah pada pergi lho," tukas seorang mahasiswa bertubuh besar yang menghampiri Reza. Ia tampak tidak sabar untuk menyeretnya keluar dari kelas.
"Iya bentar-bentar nanggung nih Ansel. Gw hampir beres nandain bagian yang mau gw tanyain ke bokap," Reza membalas sambil menghardik lengan temannya.
"Ya udah, kalau gitu gw cabut bareng yang lain langsung ke mal Central Park ya. Lu gak usah ikutan nonton film One Punch Woman yang baru keluar hari ini," Ansel berujar sambil pergi jalan ke arah pintu kelas, di mana tampak 2 orang temannya yang lain sedang menunggu. "Byee Reza~"
Mendengar nama anime favoritnya yang bertema superhero disebut, Reza bereaksi dengan mengangkat alis sebelah kiri. Ia langsung menutup buku, membereskan barangnya secepat kilat, dan berlari menyusul Ansel yang sudah menghilang dari sekitar pintu kelas.
"Oiii tungguin gw!" teriak Reza sambil berlari panik menyusul ketiga teman baiknya.
***
Hari ini merupakan hari pertama film One Punch Woman, suatu anime movie terkenal bertema Superhero, ditayangkan di bioskop tanah air. Salah satu bioskop favorit yang sering dikunjungi oleh Reza dan teman-temannya adalah bioskop CDE yang terletak di lantai teratas mal Central Park, mal terbesar di wilayah Jakarta Barat.
Reza Siregar, mahasiswa dengan rambut bergelombang setengah gondrong dan paling pendek secara signifikan dibandingkan dengan ketiga teman lainnya, tampak paling asyik menikmati film tersebut di dalam teater dengan muka sumringah.
Sahabat yang satu jurusan dengannya, Ansel Prahutomo, baru kembali dari toilet untuk mengikat ulang rambut panjangnya menjadi model man bun. Tubuhnya yang tergolong agak besar namun kekar membuat kedua teman lainnya harus memasukkan kaki mereka dengan ekstra untuk memberi ruang tambahan agar ia bisa lewat.
Edwin Lee Kurniawan adalah yang paling serius memperhatikan film di antara mereka berempat. Rambut model buzzcut dan gaya berpakaian dengan kemeja pendek merupakan style andalannya sehari-hari. Ia juga mengambil jurusan Hukum meskipun sering berbeda kelas dengan Reza.
Peter Ariwibawa, sahabat Reza sejak SMA yang memiliki kulit paling putih di antara mereka berempat, berbadan tinggi dengan pipi sedikit tembem, namun tidak sebesar Ansel, juga tampak menikmati film sambil sesekali mengecek notifikasi di ponsel miliknya. Ia merupakan satu-satunya teman di grup Reza yang kuliah di jurusan Hubungan Internasional. Sesekali, ia membetulkan poni rambutnya yang nyaris menutupi alis matanya.
Semua orang di grup ini menggunakan 'gelang persahabatan' berupa gelang tali merah. Edwin yang mencetuskan ide ini saat mereka berempat pergi berlibur bersama setelah masa ujian akhir semester satu yang lalu. Awalnya, sebagian merasa sedikit norak karena merasa persahabatan empat orang pria tidak perlu ditunjukkan dengan memakai gelang yang sama, namun hingga sekarang tidak ada satupun yang melepas gelang tersebut.
Selesai menonton One Punch Woman, Reza bersama ketiga sahabat dekatnya tersebut segera pergi ke restoran Pizza Hat untuk makan malam. Hanya turun tiga lantai dari bioskop dan berjalan beberapa langkah saja, mereka sudah tiba di restoran pizza yang sangat terkenal di Indonesia tersebut.
Beruntung bagi mereka, hari ini merupakan hari Senin sehingga restoran tidak begitu penuh. Mereka bisa mendapatkan meja kosong untuk 4 orang dengan mudah dan tidak perlu waktu lama untuk menunggu pesanan tiba.
"Yashh, kalau jam makan siang dan malam di weekend, kita pasti harus waiting list. Malesin banget," ujar Ansel yang baru saja duduk seusai mengambil salad buah di konter salad.
"Iyah. Tapi, hati-hati guys. Tadi gw ngelihat ada Stanley bareng ceweknya masuk ke resto sebelah. Untung kita gak papasan...," ucap Edwin sambil mencomot sepotong semangka dari mangkok salad. "Kalau gak, pasti udah ribut sama lo, Reza."
Saat mendengar nama Stanley Gunawan disebut, Reza mengangkat alis kanannya sejenak.
"Lhu ghak usshah shebut-shebut namanya dah Edwin. Si ghilak ithu khokkk yangs nyharih mashalahhh therus shama gwue," balas Reza sambil mengunyah potongan pizza Meat Lover sehingga suaranya tidak terdengar jelas. [Terjemahan: 'Lu gak usah sebut-sebut namanya dah Edwin. Si gila itu kok yang nyari masalah terus sama gw']
"Lu kebiasaan banget ngomong sambil ngunyah. Gak jelas bro ngomongnya. Hahaha," jawab Ansel sambil mengangkat sepotong melon dengan garpu dan mengarahkannya ke mulut Reza. "Nih tambahhh biar makin gaje suara lu!"
"Apa sihh anj***!!" teriak Reza yang nyaris tersedak dan menghardik tangan Ansel.
Edwin tampak tertawa melihat keakraban mereka yang mulai saling serang dengan memaksa menyuapi potongan berbagai buah dari mangkuk salad. Sementara itu, teman mereka yang satu lagi tampak tersenyum sebentar melihat pemandangan konyol tersebut, namun kembali fokus pada ponsel miliknya.
"Lagi lihatin apa, Peter? Dapat surat lagi dari teman pena lu di aplikasi Sobat Pena?" tanya Edwin penasaran.
"Ohhh, belum kok. Belum ada yang balas surat gw. Cuman, ini...," tunjuk Peter ke layar ponsel dan memperlihatkannya ke Edwin, "Barusan gw dapat notifikasi artikel tentang Kasus Merah. Dan, gw agak sedih sih. Gw kenal korbannya soalnya..."
Kasus Merah, atau dikenal juga dengan Kasus Pembunuhan Merah Darah, merupakan kasus misterius yang terjadi di Indonesia sejak setahun yang lalu. Korban selalu ditemukan tidak bernyawa dalam kondisi aneh, yaitu terdapat darah yang mengalir keluar dari mata, hidung, dan mulut. Selain itu, permukaan kulit korban juga berubah warna menjadi merah.
"Hmm, turut berduka deh gw. Ni korbannya udah berjatuhan sejak setahunan lalu, tapi sampai sekarang pelakunya masih gak ketangkap ya. Gak pernah ada yang melihat sosok orang yang menyerang korban. Yang ini kejadiannya di mana?"
"Daerah Kota Tua," jawab Peter sambil masih terpaku membaca artikel tersebut. "Cara matinya aneh banget. Seolah-olah dibunuh sama makhluk dari planet lain saja sihh.."
Pembunuhan, kematian misterius, tidak ada yang pernah melihat sosok pelaku... Mungkinkah ini adalah pembunuhan yang dilakukan oleh manusia pada umumnya?
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Superpower - Your Life Is The Price
Misterio / SuspensoPernahkah kamu mendengar kasus pembunuhan yang tidak mungkin dilakukan oleh manusia biasa? Tahun 2021, Indonesia dihebohkan dengan kasus pembunuhan berantai yang tidak biasa. Setiap korbannya selalu ditemukan tewas dengan mengeluarkan darah dari mat...