Psychokinesis - The Shocking Truth Bagian 1

11 4 0
                                    


Kamis malam, dua hari sebelumnya...


"Hei, Reza," tanya Gisela sambil menoel Reza yang sedang melamun ketika mereka makan malam berdua di Pizza Hat di mal Central Park, "Kamu lagi mikirin apa? Kok ngelamun?"

"Oh, aku cuman masih kepikiran aja soal kamu yang bersedia buat ikut rencana ngejebak Stanley. Beneran kamu gak apa-apa?"

Gisela mendadak mencubit kecil pipi kanan Reza. Ekspresinya serius.

"Eh, kan aku udah bilang gak apa. Lagian ini kamu dan teman-teman kamu jadi terlibat urusan ribet gini gara-gara aku juga," ucap Gisela sambil menghela nafas, "Nanti kalau ini semua sudah berakhir, kita pergi liburan ya. Mumpung sudah mau masuk masa liburan semester pendek"

"Wah, boleh banget!" balas Reza dengan senang, "Aku ajak Peter dan yang lain sekalian boleh? Kita kan belum pernah hangout-"

Ucapan Reza terhenti saat melihat wajah Gisela yang mendadak cemberut.

"Eee... Aku salah ngomong sesuatu?" tanya Reza dengan wajah polos.

"Reza, kamu dulu pernah punya teman dekat cewek gak?" tanya Gisela dengan muka yang masih cemberut.

"Er... Gak pernah sih kayaknya. Oh, paling dulu waktu SD pernah sih aku sempat main bareng sama tetangga aku yang juga cewek. Dulu-"

"Ya ya ya. Baiklah," sela Gisela sambil menghela nafas kembali, " Ya sudah. Nanti pokoknya kita pergi bareng temen-temen kamu ya. Nanti aku cariin deh tempat yang seru."

"Oke! Nanti malamnya kita semua nonton Akademi Payung yuk. Ini seri televisi superhero yang baru keluar. Pasti seru kalau nonton rame-rame."

"Duh kamu ya," Gisela tertawa kecil, "Bener kata Peter, dasar otaku superhero. Padahal kita bisa cari hiburan lain kalau di luar. Hihi."

Muka Reza merah dan tidak menjawab, sementara Gisela masih tertawa beberapa detik kemudian sebelum melanjutkan makan malamnya.


***


Adegan kekerasan ataupun pembunuhan sudah sering Reza saksikan di berbagai media, bahkan terkadang ayahnya sendiri yang menceritakan kasus tersebut sesuai dengan yang terjadi di lapangan. Namun, baru kali ini ia menyaksikan langsung dengan mata kepala sendiri adegan kekerasan tersebut.

Badannya bergetar. Entah karena ketakutan, marah, atau emosi lainnya.

Peter terduduk kesakitan karena punggungnya ditusuk oleh Gisela dengan belati. Darah segar mengalir dari punggungnya, meski tidak begitu terlihat karena ia menggunakan pakaian berwarna gelap.

Gisela diam berdiri di sana memegang belati yang menusuk punggung Peter. Wajahnya menyeringai.

"Ups, aku terlalu dalam nusuknya ya. Maaf yah Peter, abis aku panik~"

"Kamu... Kamu barusan ngapain?" tanya Reza dengan nada suara bergetar.

"Lho, kamu kan udah liat sendiri," jawab Gisela sambil melirik ke arah Peter, "Ups, tapi tadi kamu lagi sibuk ngeliat handphone-nya Stanley. Jadi mungkin memang gak liat. Ya udah, aku ulangi lagi ya-"

"JANGAN BERCANDA!!" teriak Reza, "Kenapa kamu nusuk dia, HAH?!"

"Soalnya, kamu barusan sudah tahu rahasia kecil kami~"

'Kami?'

Reza mendadak teringat riwayat percakapan WA Stanley yang baru saja ia lihat tadi. Gisela masih berkomunikasi dengannya hingga beberapa menit sebelum Reza dan Ansel. Bahkan percakapan terakhir mereka adalah 'Semoga berhasil' yang ditulis oleh Gisela kepada Stanley.

"Jadi... Maksudnya kamu dan Stanley selama ini sebenarnya bersengkongkol?"

"Hihi... Sadar juga kan? Seratus buat kamu."

"Jadi... Koneksinya dia itu... Kamu? Kamu bawahannya dia?"

"Hmm, kurang tepat," jawab Gisela sambil berjalan perlahan di sekitar Peter yang masih terduduk kesakitan, "Aku yang di posisi atasan. Semua orang-orang di sini bawahan aku. Yah... meski sebenarnya, Stanley dan kedua kroconya bukan bawahan direct aku sih. Aku cuman ancem akan menyebarkan foto kurang senonohnya yang kebetulan aku temukan di internet. Hihi."

Sebentar kemudian, Gisela mengeluarkan ponsel miliknya dan memperlihatkan foto Stanley yang berpose kurang pantas dilihat oleh publik. Apa itu sekedar hobinya atau dia kebetulan 'menjual diri' secara daring? Reza tampak bingung dan tidak berkata apa-apa hingga Gisela kembali mengunci ponselnya dan menyimpannya di tas punggung kecilnya.

"Yah, aku janji ke dia untuk gak nyebarin ini kalau dia berhasil bantuin aku. Tugas dia harusnya gampang dilakukan. Tapi karena gagal, aku gak perlu pegang janji aku~"

Reza masih berdiri bergetar di sana dan diam beberapa saat. Penyerangan terhadap dirinya di lapangan parkir dan tempat karaoke itu, semuanya ternyata ulah Gisela di balik layar. Pantas saja Stanley dan kroconya bisa muncul di saat-saat Reza sedang lengah.

"Jadi... selama ini kamu cuman pura-pura baik sama aku?"

"Iyap~"

"Jadi... Stanley sebenarnya innocent dan tidak terlibat jaringan narkoba?"

"Iyap. Dia cuman orang biasa doank. Kamu gak akan pernah nemuin bukti kepemilikan narkoba di mereka."

"Jadi... Rencana liburan kita berlima nanti... Juga tidak akan kita lakukan?"

Gisela tidak menjawab, namun ia mengangguk.

"Jadi... Jadi selama ini kedekatan kita... palsu?"

Gisela diam sebentar sebelum lanjut menjawab.

"Apakah kamu tahu, betapa sulitnya semua ini?"

"Maksud kamu?"

"Apakah kamu tahu, betapa enegnya aku harus menonton film-film anime superhero menyebalkan tersebut, demi bisa jadi obrolan sama kamu?"

Reza membelalakkan matanya.

"Apakah kamu tahu, berapa banyak waktu yang aku buang untuk mempelajari hobi kamu, termasuk bikinin kukis, makan dan jalan-jalan sama kamu?"

Reza masih diam dengan ekspresi tidak percaya.

"Apakah kamu tahu, betapa harus sabarnya aku menahan diri setiap berinteraksi sama kamu? Masang muka takjub atau tampak senang mendengar ocehan-ocehan gak bermutu tentang superhero yang keluar dari mulut kamu?"

Reza masih diam dan merasa ada sesuatu yang retak di hatinya.

"Apakah kamu tahu, gimana rasanya dijauhi orang-orang karena dianggap kotor, hanya karena punya orang tua bandar narkoba?"

"Kamu...?" Reza mulai berbicara, "Kamu... anaknya..."

"Jonru Kapak Besi, yang berhasil ditangkap oleh papa kamu dua bulan lalu," jawab Gisela dengan ekspresi dingin.

'Anj*ng!!', pikir Reza yang tiba-tiba merasa dirinya berada di dalam masalah besar. Sangat besar.


***

Superpower - Your Life Is The PriceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang