Invincibility - Bagian 13

3 2 0
                                    

"You say my name like I have never heard before

I'm indecisive but this time I know for sure

I hope I'm not the only one that feels it all

Are you fallin'?"


Penggalan lirik lagu berjudul Break My Heart dari Dua Lipa tersebut terdengar kencang memenuhi ruang tamu rumah Ansel. Kakak perempuannya tampak menyetel kencang acara televisi yang memutar berbagai Music Video sambil bermain ponsel.

"Mbak, itu kalau tivinya gak nonton, mending matiin aja deh," keluh Ansel yang sedang mengikat rambut panjangnya untuk menjadi model man bun di hadapan cermin.

Ia tampak bersolek sambil merapikan pakaiannya. Sesekali, ia melirik ke arah kakaknya yang berperawakan lebih kecil darinya untuk mengecek apabila dia bergerak untuk memenuhi permintaannya. Sang kakak masih tetap bersantai bermain ponsel sambil sesekali bersenandung mengikuti irama lagu.

"Gak apa-apa Sel, supaya ada kesan ramai di rumah ini," jawab sang kakak.

Logat medok sang kakak terdengar sangat jelas sehingga membuat Ansel tersenyum tipis. Sekalipun sudah lama tinggal bersama sejak ibunya menikah dengan ayah dari kakaknya, ia masih tetap belum terbiasa dengan logat medok tersebut.

Ansel dan kakak perempuannya, Kamala Wursita, merupakan saudara seayah namun berbeda ibu. Dua puluh tahun yang lalu, ibunya menikah dengan ayah Kamala melalui suatu perjodohan keluarga. Ia sendiri memilih untuk menggunakan nama belakang dari ibunya, Elvina Prahutomo, untuk memutuskan hubungan dengan ayahnya.

"Ya, terserah Mbak juga sih. Asal aku gak disuruh bantu bayar tagihan listrik aja ya," ucap Ansel sambil mengambil helm ungu kesayangannya di atas lemari televisi.

Kamala melirik ke arah Ansel kemudian bersiul kencang. Wanita berambut panjang bergelombang tersebut menyengir kecil melihat penampilan adiknya yang rapih dengan kemeja panjang.

"Kamu yakin masih mau ketemu sama cewek itu? Mbak kira, dia sebenarnya gak tertarik lho sama kamu."

"Yah, aku coba aja gak ada salahnya Mbak. Cuma dia satu-satunya cewek yang bisa bikin salad buah seenak Mbak lho."

Kamala berdecak kecil dan beranjak dari sofa, kemudian membantu merapikan kemeja Ansel.

Empat belas tahun yang lalu, Kamala yang saat itu masih berusia dua belas tahun melarikan diri bersama Ansel dari ayahnya yang abusif. Ibu mereka meninggal akibat kekerasan yang terlampau sering dilakukan oleh ayah mereka. Mereka berdua tidak mengetahui nasib sang ayah sesudahnya, namun kemungkinan besar ia sudah ditangkap oleh pihak berwenang.

Berbekal uang jajan yang sedikit dan pertolongan orang yang ditemuinya sepanjang perjalanan, Kamala berhasil membawa Ansel dari Yogyakarta ke Jakarta. Mereka berdua diasuh dan tinggal di salah satu panti asuhan Jakarta, Panti Anak Jaya. Setelah mendapat pekerjaan sendiri sebagai seorang pegawai negeri sipil, Kamala mengontrak rumah dan tinggal berdua bersama Ansel.

"Ingat yah Sel. Seret dia ke sini untuk bantu Mbak bikin salad buah buat kamu. Capek tahu tiap hari masak yang sama," ucap Kamala sambil merapikan sedikit rambut adiknya.

"Beres Mbak. Terus, kapan nih Mbak official juga sama yang di kantor? Aku gak sabar dibawa pindah ke rumah yang lebih besar haha."

"Doain aja deh ya. Mbak gak mau buru-buru juga, takut salah pilih orang."

Ansel mengangguk sambil tersenyum tipis.

Di dalam hatinya, ia paham bila kakaknya sulit untuk mulai menjalin tali asmara bersama pria lain.

Superpower - Your Life Is The PriceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang