Superpower - Your Life Is The Price

Prolog

Kekuatan super...

Siapa saja pasti pernah ingin merasakan punya kekuatan super seperti teleportasi, telekinesis, melayang, dan sebagainya...

Kalau kamu... Ingin kekuatan super seperti apa?

...

Oke... Anggaplah kamu dianugerahi kekuatan super tersebut...

Lalu... Apa yang akan kamu lakukan kalau sudah mendapat kekuatan super tersebut?

Apakah... Menjadi pahlawan membantu teman dan masyarakat sekitar?

Atau... Balas dendam kepada musuhmu?

Atau... Berbuat kekacauan semata?

...

Iya... Ada banyak yang bisa kamu lakukan dengan kekuatan super...

Namun, kali ini aku ingin memperlihatkan sesuatu kepada kamu...

Bahwa apapun tujuan kamu menggunakan kekuatan super tersebut...

Semuanya akan berakhir dengan menyedihkan...

Seperti aku...

***

Seorang wanita berponi kuda terlihat asyik mengambil selfie beberapa pose di dekat salah satu dinding kafe yang memang cukup artsy sebagai latar foto di media sosial.

"Hei, bantuin gw bentar donk buat cari tambahan referensi tentang Kota Tua," omel seorang pria agak gondrong yang duduk di dekatnya sambil meminum segelas Iced Coffee. Sesekali ia tampak menggosok brewoknya yang tampak dicukur tipis.

"Iyah sebentar ya Bapak Jurnalisku. Mumpung jarang ke sini, gw mau mengambil foto untuk upload ke Instangram dulu. Udah lama gak upload foto baru~"

Pria jurnalis tersebut hanya berdecak singkat sambil membuka peramban di laptop miliknya dan mengetikkan kata kunci 'Bangunan di Kota Tua Jakarta'.

"Susah banget ya kerja di luar kantor kalau punya bawahan yang terlalu demen main media sosial...," gumam si pria jurnalis.

Wanita yang merupakan bawahan di kantornya tersebut berjalan mendekati si jurnalis sambil melihat-lihat hasil selfie-nya di ponsel.

"Iyah sebentar ya, ni gw bantuin cari setelah selesai memilih foto yang mau gw upload."

Pria jurnalis tersebut tidak membalas ucapannya. Ia tampak terpaku pada salah satu artikel hasil penelurusan terkait Kota Tua. Si wanita yang sedang menulis caption di Instangram untuk mengunggah salah satu foto hasil selfie-nya berhenti sejenak dan melirik si pria jurnalis.

"Pak? Kenapa lu tumben diem? Laptopnya kena virus?"

"Bukan! Coba lu liat berita ini," ajak si pria sambil menunjuk artikel berjudul 'Korban Kasus Merah Muncul di Kota Tua!'.

Artikel tersebut menjelaskan tentang seseorang yang ditemukan meninggal dengan seluruh kulitnya memerah dan darah keluar dari mata, hidung, dan mulut korban. Tidak ada tanda kekerasan maupun reaksi obat-obatan yang ditemukan dari tubuhnya. Penyebab kematian korban tidak diketahui.

"Kapan artikelnya naik, pak?"

"Baru sepuluh menit yang lalu," balas si pria jurnalis yang tampak membaca seluruh isi artikel dengan seksama.

"Berarti sudah... jatuh tujuh korban?" ucap si wanita sambil menghitung dengan jari tangannya.

Si pria jurnalis diam tidak menjawab. Ia mengambil ponsel miliknya yang tergeletak di samping laptop dan menelusuri daftar kontak. Sejenak kemudian, ia memilih satu kontak dan langsung memilih tombol 'Call' sambil bergegas membereskan laptop dan tas kerjanya.

"Lha, pergi ke mana pak?" tanya si wanita yang ikut bergegas membereskan tas dan menyusul si pria jurnalis beranjak ke luar kafe.

"Gw mau langsung ketemu sama penulisnya. Kebetulan gw kenal orangnya, dan dia bisa gw temuin sekarang," jawab si pria jurnalis tanpa memperlambat langkahnya.

"Duh iyah pak. Jalannya jangan cepat-cepat donk, ini gw baru publish dulu ke Instangram langsung ada yang komen. Mau reply dulu bentar."

Si pria jurnalis mendadak berhenti dan menoleh ke arah si wanita sambil mengerutkan dahi.

"Ini orangnya gak bisa nunggu terlalu lama. Kalau gw sampai kehilangan lead terkait orang yang sudah membunuh papa gw gara-gara lu, gw bakal sewa hacker untuk bikin semua akun media sosial lu tutup dan gak pernah bisa buka akun baru lagi," ucap si pria jurnalis sambil berjalan cepat ke arah parkiran mobil.

Sang wanita tidak membalas perkataan atasannya tersebut dan melangkah lebih cepat dengan sedikit cemberut sambil memasukkan ponsel yang dia pegang ke dalam tas kerjanya.

***